Rabu, 20 Juli 2016

PENDERITAAN SANG JURU SELAMAT

Bacaan: Lukas 22:39-46 NATS: Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan aku? (Mazmur 22:2) Waktu itu adalah hari Kamis malam di minggu Paskah. Yesus bersama para murid-Nya sedang berada di salah satu tempat menyepi favorit-Nya, yakni Taman Getsemani. Dengan perasaan yang sangat sedih, ia memberi nasihat kepada para murid untuk berdoa memohon kekuatan agar tetap setia kepada-Nya. Dia kemudian selama beberapa saat menjauhkan diri dari mereka dan berdoa, "Ya Bapa-Ku, jikalau Engkau berkenan, ambillah cawan ini dari hadapan-Ku; tetapi jangan kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mulah yang jadi" (Lukas 22:42). "Cawan" yang diminta Yesus untuk dibebaskan dari Dia bukanlah kematian. Dia memang datang ke dunia untuk mati bagi kita. Saya pikir cawan tersebut melambangkan keterpisahan yang menakutkan dengan Sang Bapa. Dan keterpisahan itu akan membuat-Nya berseru dari atas kayu salib, "Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?" (Matius 27:46). Di taman itu, Dia pasti telah mengantisipasi saat Bapa-Nya akan memalingkan wajah dari-Nya. Kedatangan malaikat memang meyakinkan-Nya bahwa Dia tidak seorang diri. Namun, kenyataan bahwa Bapa-Nya tak lama lagi akan menarik diri dari-Nya sangat menyelimuti pikiran-Nya. Dia akan menanggung dosa kita dan merasakan kesendirian yang luar biasa di kayu salib. Kesadaran ini membuat Yesus berdoa sedemikian khusyuk sehingga "peluh-Nya menjadi seperti titik-titik darah" (Lukas 22:44). Bahkan yang lebih menakjubkan bagi kita adalah kenyataan bahwa Yesus menanggung penderitaan yang hebat ini untuk Anda dan saya! --HVL KEMATIAN KRISTUS MERUPAKAN UKURAN KASIH ALLAH KEPADA ANDA

Minggu, 17 Juli 2016

SAAT BERBELAS KASIH

Bacaan: Lukas 23:26-34 NATS: Yesus berkata, "Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat" (Lukas 23:34) Pada tahun 2002 saya berada di Jakarta, Indonesia. Saat itu saya menjadi pengajar selama dua malam dalam suatu konferensi Alkitab. Malam pertama, saya berangkat lebih awal ke gereja yang menjadi penyelenggara acara, dan sang pendeta mengajak saya untuk berkeliling gedung. Keindahan gereja itu mengesankan saya. Kemudian sang pendeta mengajak saya ke ruangan yang besar di tempat yang lebih rendah. Di bagian depan terdapat mimbar dan meja Perjamuan Kudus. Di belakangnya tampaklah dinding beton sederhana dengan salib kayu menempel di dinding. Di bawahnya tertera tulisan berbahasa Indonesia. Saya menanyakan apa bunyi tulisan itu, dan saya terkejut saat ia mengutip perkataan Kristus yang dilontarkan-Nya dari atas kayu salib, "Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat." Saya menanyakan apakah ada alasan khusus sehingga tulisan itu tertulis di situ. Ia lalu menjelaskan bahwa beberapa tahun sebelumnya di kota ini pernah terjadi kerusuhan hebat, dan 21 gereja dibakar habis dalam satu hari. Dinding beton itu merupakan satu-satunya yang tersisa -- dari gereja pertama yang dibakar. Dinding dan ayat tersebut mengingatkan mereka pada belas kasih yang ditunjukkan Kristus di atas kayu salib, dan hal itu menjadi pesan gereja bagi kota mereka. Balas dendam dan kepahitan bukanlah respons yang menyembuhkan kebencian dan kemarahan dunia yang terhilang ini. Akan tetapi, belas kasih Kristus dapat menjadi respons yang memulihkan, seperti halnya yang terjadi 2.000 tahun silam --WEC BELAS KASIHAN DIBUTUHKAN UNTUK MENYEMBUHKAN LUKA DAN HATI SESAMA

Sabtu, 16 Juli 2016

RAIH KESEMPATAN

Bacaan: Kisah Para Rasul 8:26-38 NATS: Selama masih ada kesempatan bagi kita, marilah kita berbuat baik kepada semua orang (Galatia 6:10) Hujan deras mengguyur di luar ketika Marcia, direktur Jamaican Christian School bagi kaum tunarungu, menjadi pembicara untuk kelompok kami. Tiga puluh empat remaja dan beberapa orang dewasa terdaftar di sekolah itu. Namun, seorang siswi kami tampaknya tidak terganggu oleh hujan di luar atau oleh anak-anak yang berlarian keliling ruangan. Remaja itu mendengar Marcia berkata, "Saya bermimpi dapat memiliki tempat bermain bagi anak-anak ini." Siswi ini mengingat-ingat perkataan Marcia, dan melalui dorongan dari Tuhan, ia mewujudkan impian itu menjadi suatu gagasan. Kemudian pada hari itu juga ia berkata kepada saya, "Kami akan kembali dan membangun tempat bermain bagi mereka." Suatu kesempatan pelayanan telah dibukakan. Setelah lewat empat bulan, pada hari hujan di Jamaika, kami mengadakan perayaan di ruangan yang sama. Kami berkumpul di sebuah tempat bermain yang terbuat dari kayu -- lengkap dengan luncuran, tangga bermain, palang-palang panjatan, ayunan, benteng, dan rekstok gantung. Seorang siswa meraih kesempatan itu dan sebuah impian terwujud. Seberapa sering Allah mendorong kita bertindak untuk memenuhi kebutuhan sesama, tetapi kita membiarkan kesempatan itu berlalu? Berapa kali Roh Kudus mendorong kita untuk mengatakan atau melakukan sesuatu dalam nama Yesus, tetapi kita mengabaikan dorongan itu? Seperti halnya Filipus dalam Kisah Para Rasul 8, marilah kita menghormati Tuhan dengan merespons-Nya melalui tindakan. Raihlah setiap kesempatan yang Allah berikan untuk melayani sesama dalam nama-Nya --JDB SAAT ROH KUDUS MEMBERIKAN DORONGAN, BERTINDAKLAH

Jumat, 15 Juli 2016

UMAT-KU

Bacaan: 1Petrus 2:1-10 NATS: [Kami] sekarang telah menjadi umat-Nya (1Petrus 2:10) Seorang gadis kecil dihukum karena berperilaku buruk. Orangtuanya kemudian menyuruh dia untuk menyantap makan malamnya seorang diri di pojok ruangan. Mereka tidak memedulikan gadis kecil itu sampai mendengar ia memanjatkan doa yang dikutip dari Mazmur 23, "Terima kasih, ya Tuhan, karena Engkau menyediakan hidangan bagiku, di hadapan lawanku." Kisah di atas memang lucu. Akan tetapi, keluarga kita sendiri memang kadang kala dapat menjadi seperti musuh tatkala perilaku mereka tidak sesuai dengan apa yang kita kehendaki. Bahkan keluarga seiman kita di gereja kadang-kadang juga dapat mengecewakan kita. Namun dengan mengubah fokus diri kita, maka kita akan dapat belajar mengesampingkan pemikiran yang naif bahwa orang lain akan senantiasa memenuhi pengharapan kita yang tinggi. Daripada memusatkan pengharapan kepada sesama, kita dapat menemukan pengharapan di dalam kebenaran bahwa kita adalah salah seorang anak Allah dengan meletakkan iman kepada Yesus (1Petrus 2:10). Dia telah memilih kita dan menjadikan kita "umat kepunyaan Allah sendiri" (ayat 9). Tuhan telah membawa kita masuk ke dalam keluarga-Nya, dan kita dapat merasa yakin bahwa persekutuan kita dengan-Nya takkan pernah dapat diputuskan. Dia tidak akan memperlakukan kita sebagai musuh. Ketika orang lain mengecewakan Anda, janganlah berkecil hati. Ubahlah fokus perhatian Anda dan ingatkan diri sendiri bahwa Anda yang telah mengimani Yesus adalah seorang anak Allah -- yang dihargai dan dipelihara oleh-Nya --AMC TATKALA ORANG LAIN MENGECEWAKAN ANDA PANDANGLAH KE ATAS

Rabu, 13 Juli 2016

PENGHARAPAN YANG REALISTIS

Bacaan: 2Timotius 4:16-18 NATS: Tidak seorang pun yang membantu aku, semuanya meninggalkan aku ... tetapi Tuhan telah mendampingi aku dan menguatkan aku (2Timotius 4:16,17) Salah satu hal yang saya pelajari setelah dewasa adalah jangan berharap banyak dari sesama. Kita mungkin mencurahkan banyak tenaga dan kasih kepada seorang teman atau anggota keluarga, tetapi kita tidak melihat adanya perkembangan atau tidak menerima ucapan terima kasih atas usaha kita. Bahkan mungkin orang lain yang menerima pujian atas pekerjaan yang kita lakukan. Jika kita berharap semua orang mengakui dan menghargai hasil kerja kita bagi mereka, maka kita akan sangat terluka. Kita akan mulai bertanya pada diri sendiri, "Hanya inikah wujud terima kasih yang saya dapatkan?" Di tengah kekecewaan itu, kita perlu mencermati motivasi kita. Apakah kita memiliki pemahaman yang tidak kudus tentang pemberian hak, atau hasrat besar agar dilihat dan dipuji karena usaha kita? Dapatkah kita memberi dengan rela dan membiarkan orang lain bertanggung jawab dengan respons mereka sendiri? Dalam pelayanannya bagi Tuhan, Rasul Paulus pernah melewati masa-masa ketika semua orang meninggalkannya. Namun, perhatiannya tetap terfokus pada kekuatan yang Allah berikan kepadanya "supaya ... Injil diberitakan dengan sepenuhnya" melalui dirinya (2Timotius 4:16,17). Kita seharusnya tidak berharap memperoleh apa yang hanya dapat diberikan oleh Yesus dari sesama kita. Berharap seperti itu hanya menunjukkan betapa tidak realistisnya kita. Tugas kita hanyalah memberi dan menyerahkan hasilnya kepada Tuan kita, karena kita tahu bahwa pada waktunya kelak kita akan menerima upah dari Dia: "Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia" (Matius 25:21) --DHR JIKA KITA BEKERJA DENGAN BAIK BAGI KRISTUS KITA AKAN MENERIMA PUJIAN DARI-NYA

Selasa, 12 Juli 2016

KAMPANYE PERDAMAIAN

Bacaan: Lukas 19:1-10 NATS: Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang (Lukas 19:10) Dalam buku karya Craig Nelson, The First Heroes, kita akan membaca tentang para penyerang Doolittle yang melancarkan serangan balasan besar pertamanya di garis depan Pasifik semasa Perang Dunia II. Tidak semua "penyerang" berhasil kembali dari misi pengeboman mereka. Jacob DeShazer adalah salah seorang di antara mereka yang ditangkap dan ditawan di kamp tahanan perang yang keadaannya sulit dan menyedihkan. Di kemudian hari setelah perang usai, DeShazer kembali ke Jepang. Akan tetapi, ia tidak kembali untuk membalas dendam. Ia telah menerima Yesus sebagai Juru Selamat, karena itu ia kembali ke Jepang dengan membawa kabar baik tentang Kristus. Seorang mantan prajurit yang dulu pernah mengampanyekan perang, kini mengampanyekan perdamaian. Misi DeShazer ke Jepang mencerminkan hati Sang Juru Selamat, yang datang sendiri untuk misi kasih dan perdamaian. Lukas mengingatkan kita bahwa kedatangan Kristus ke dalam dunia tidak hanya untuk menjadi teladan moral atau guru yang memberi kesan mendalam. Dia datang "untuk mencari dan menyelamatkan" yang hilang (19:10). Kasih-Nya kepada kita diungkapkan di kayu salib, dan penyelamatan-Nya bagi kita diwujudnyatakan pada saat Dia muncul dari kubur dengan penuh kemenangan dalam kehidupan yang dibangkitkan. Di dalam Kristus kita menemukan pengampunan, dan pengampunan akan mengubah hidup serta kekekalan kita. Semuanya itu terjadi karena Yesus datang untuk mengampanyekan perdamaian --WEC KITA DAPAT MENDATANGI SESAMA KITA KARENA YESUS LEBIH DULU MENDATANGI KITA

Minggu, 10 Juli 2016

TIDAK CUKUP DENGAN OTAK

Bacaan: 1Raja-raja 11:1-13 NATS: Salomo melakukan apa yang jahat di mata Tuhan, dan ia tidak dengan sepenuh hati mengikuti Tuhan (1Raja-raja 11:6) Mengapa orang pandai melakukan hal-hal yang bodoh? Berulang kali saya mendengar kisah sedih tentang orang dengan IQ tinggi yang tidak memiliki kearifan moral, sehingga mereka mengalami akibat yang tragis. Hal ini tampak jelas bahwa otak yang cerdas tidak cukup untuk mencegah seseorang untuk membuat pilihan yang buruk. Hal ini berlawanan dengan keyakinan yang dipegang oleh sebagian orang bahwa pendidikan yang lebih baik dapat memecahkan masalah ketidakberesan di tengah masyarakat. Alasannya, "Jika kita mendidik orang tentang bahaya terhadap ..., mereka tidak akan melakukan hal ‘itu’ sehingga akan menjauhkannya dari berbagai akibat yang tidak menyenangkan dan tidak diinginkan." Akan tetapi, pengalaman dan Alkitab menyatakan hal yang berbeda kepada kita. Kenyataannya, orang paling pandai yang pernah ada pun bisa bertindak bodoh ketika membuat pilihan yang buruk. Raja Salomo, raja Israel pada zaman dahulu, penulis banyak kitab Amsal, menulis, "Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan" (4:23) dan "Hikmat tinggal di dalam hati orang yang berpengertian" (14:33). Meskipun mengetahui hubungan antara hati dan hikmat, sang raja tidak menaati Allah dengan menikahi wanita asing yang "mencondongkan hatinya kepada allah-allah lain" (1Raja-raja 11:4). Akibatnya, Tuhan berfirman, "Aku akan mengoyakkan kerajaan itu dari padamu" (ayat 11). Kecakapan untuk membuat keputusan yang baik menuntut adanya hati yang dipersembahkan kepada Allah --JAL ORANG YANG TERPANDAI TAHU BAHWA ALLAH TAHU YANG TERBAIK

PEMERIKSAAN ROHANI

Bacaan: Amsal 4:20-27 NATS: Ujilah aku, ya Tuhan (Mazmur 26:2) Jika boleh memilih, kemungkinan besar saya tidak akan ke dokter dengan senang hati untuk menjalani pemeriksaan fisik. Saya cenderung menganggap bahwa semuanya baik-baik saja dan tidak mau merepotkan dokter saya tentang itu. Namun, karena istri saya seorang perawat, saya tidak punya pilihan. Saya menjalani pemeriksaan kesehatan secara teratur. Jika boleh memilih, kebanyakan dari kita juga agak takut dengan pemeriksaan kesehatan rohani. Lagi pula, jika memeriksa roh kita dengan sangat cermat, kita mungkin perlu mengubah satu atau dua kebiasaan. Kita barangkali membutuhkan semacam "pemotongan perilaku". Saya menyarankan agar kita mengatasi keengganan. Dengan tuntunan Allah, marilah kita menjalani pemeriksaan kesehatan rohani. Pakailah Amsal 4:20-27 sebagai daftar pemeriksaan. Telinga (ayat 20): Apakah kita mendengar firman Allah dengan jelas dan memahaminya? Apakah kita menjalankan apa yang dikatakan di dalamnya? Mata (ayat 21,25): Apakah kita senantiasa memerhatikan ajaran yang akan menuntun kita menuju kebenaran? Hati (ayat 23): Apakah kita menjaga hati dari yang jahat? Lidah (ayat 24): Apakah mulut kita jujur dan murni? Kaki (ayat 26): Apakah kita sedang berjalan lurus menuju kebenaran Allah tanpa ragu? Bagaimanakah hasil pemeriksaan rohani Anda? Apakah dari pemeriksaan itu Anda melihat ada bagian-bagian yang perlu dibenahi? Pemeriksaan rohani yang teratur akan membantu memulihkan vitalitas rohani Anda --JDB PEMERIKSAAN KESEHATAN ROHANI MERUPAKAN KUNCI MENUJU KESEHATAN ROHANI

Rabu, 06 Juli 2016

YESUS: TERUNIK DI DUNIA

Bacaan: Filipi 2:5-11 NATS: Dalam [Yesus] berdiam secara jasmaniah seluruh kepenuhan keilahian (Kolose 2:9) Seorang kristiani yang masih baru mengirim e-mail ke sebuah situs yang melayani tanya jawab mengenai iman. Ia berkata, "Saya bergumul dengan pernyataan orang kristiani lain bahwa Yesus Kristus adalah satu-satunya jalan menuju surga dan Allah. Apa yang akan terjadi terhadap mereka yang meyakini hal yang sebaliknya?" Pertanyaan semacam ini menantang kita untuk menguji pandangan kita tentang Yesus. Tinjauan alkitabiah tentang Yesus dan keunikan-Nya dapat membantu menguatkan keyakinan kita bahwa Dialah satu-satunya jalan. Yesus adalah Pribadi yang tak tertandingi dalam sejarah -- saat ini Dia berseru kepada kita untuk memercayakan kehidupan kita kepada-Nya. Yesus Kristus adalah: Unik dalam hakikat: Dia adalah Allah sekaligus manusia (Yohanes 10:30). Unik dalam nubuatan: Tak ada kehidupan pemimpin lain yang dinubuatkan dengan begitu jelas dan akurat (Mikha 5:2). Unik dalam misi: Hanya Yesus yang datang untuk menyelamatkan kita dari dosa (Matius 1:21). Unik dalam kelahiran: Hanya Yesus yang dilahirkan dari seorang perawan (Matius 1:23). Unik dalam kemampuan: Hanya Yesus yang memiliki kuasa mengampuni dosa (Markus 2:10). Unik dalam keberadaan: Yesus telah ada sebelum permulaan zaman (Yohanes 1:1,2). Unik dalam kedudukan: Tak seorang pun setara dengan Allah (Filipi 2:5,6). Unik dalam pemerintahan: Hanya Yesus yang memerintah selamanya (Ibrani 1:8). Dalam sejarah tak seorang pun yang seperti Yesus. Hanya Dia yang berhak mendapatkan kepercayaan kita, dan hanya Dialah jalan menuju Allah --JDB HANYA ADA SATU JALAN MENUJU SURGA -- YESUS KRISTUS-LAH JALAN ITU

Selasa, 05 Juli 2016

BENGKOK DAN LURUS

Bacaan: Ibrani 11:1-7 NATS: Karena iman, Nuh ... mempersiapkan bahtera untuk menyelamatkan keluarganya (Ibrani 11:7) Charles Haddon Spurgeon, seorang pengkhotbah yang ternama di kota London, menemukan sebuah prinsip yang terdapat dalam kehidupan Nuh bahwa "setiap tindakan iman menghukum dunia". "Karena iman, Nuh ... dengan taat mempersiapkan bahtera untuk menyelamatkan keluarganya; dan karena iman itu ia menghukum dunia, dan ia menjadi ahli waris kebenaran, sesuai dengan imannya" (Ibrani 11:7). Ketika menafsirkan ayat di atas, Spurgeon mengatakan, "Hiduplah kudus .... Saya pernah mendengar bahwa jika ada tongkat yang bengkok dan Anda ingin menunjukkan sebengkok apa tongkat tersebut, maka Anda tidak perlu menggambarkannya secara panjang lebar. Letakkanlah sebuah tongkat yang lurus di sebelah tongkat yang bengkok tersebut. Dengan demikian Anda akan langsung mendapat jawabannya. Nuh menghukum dunia dan menjadi ahli waris kebenaran karena iman." Perjanjian Baru menyebut Nuh sebagai seorang "pemberita kebenaran" (2Petrus 2:5), meski tak satu pun "khotbah"nya ditulis dalam Alkitab. Barangkali ketaatan Nuh kepada Allah dalam membuat bahtera itulah yang menjadi kesaksian terbesarnya kepada generasi yang berpusat pada diri sendiri dan kejam saat itu. "Tepat seperti yang diperintahkan Allah kepadanya, demikianlah dilakukannya" (Kejadian 6:22). Betapa mudahnya kita tergoda untuk mengkritik dosa yang dilakukan orang lain. Namun, alangkah jauh lebih luar biasa bila kita memilih untuk menunjukkan keagungan dan kebenaran Allah dengan hidup bagi-Nya --DCM KEHIDUPAN KRISTIANI MERUPAKAN ALKITAB DUNIA

Minggu, 03 Juli 2016

ALLAH DAN KEBEBASAN

Bacaan: Mazmur 100 NATS: Ketahuilah, bahwa Tuhanlah Allah; Dialah yang menjadikan kita dan punya Dialah kita, umat-Nya (Mazmur 100:3) Ketika para anggota Kongres Kontinental Kedua Amerika Serikat menyepakati sebuah dokumen luar biasa yang dikenal sebagai Deklarasi Kemerdekaan, mereka secara terus terang menyatakan keyakinan mereka kepada Allah. Para pembuat konsep proklamasi yang mulia itu tahu bahwa kebebasan berpengaruh besar yang mereka usulkan itu hanya dapat berjalan dengan baik dalam masyarakat yang mengakui Sang Pencipta. Mereka menegaskan bahwa Allah "memberi karunia" kepada semua orang hak untuk "hidup, menikmati kebebasan, mengejar kebahagiaan" karena Dia menghargai kita masing-masing. Thomas Jefferson, yang kemudian menjadi presiden ketiga dari bangsa baru itu, merasa sedih melihat dosa bangsanya. Ia menulis, "Aku gemetar menyaksikan negaraku ketika aku memikirkan bahwa Allah itu adil." Jika pada waktu itu ia gemetar, maka pasti kini ia akan mendapat serangan jantung yang hebat! Para pendiri Amerika Serikat mencintai konsep kebebasan individu, tetapi mereka tidak mengacu pada gaya hidup bebas yang mengizinkan kita melakukan apa pun yang kita sukai. Kebebasan sejati tidak akan pernah dapat dinikmati oleh orang yang menolak untuk takut akan Allah. Pemazmur berkata, "Ketahuilah, bahwa Tuhanlah Allah; Dialah yang menjadikan kita dan punya Dialah kita, umat-Nya" (Mazmur 100:3). Kita bertanggung jawab kepada Allah, karena Dia telah menciptakan kita dalam kasih. Hari ini, berkomitmenlah kembali untuk hidup sebagai seorang umat Allah. Begitulah cara menikmati kebebasan sejati --HVL BERBAHAGIALAH BANGSA, YANG ALLAHNYA IALAH TUHAN (Mazmur 33:12)

Sabtu, 02 Juli 2016

BERGUNA

Bacaan: Yohanes 5:19-23 NATS: Anak tidak dapat mengerjakan sesuatu dari diri-Nya sendiri (Yohanes 5:19) Yesus itu sungguh Allah, tetapi juga sungguh manusia. Sebagai manusia, kekuatan, hikmat, dan keagungan-Nya bukan berasal dari natur Ilahi-Nya melainkan dari kebergantungan-Nya yang utuh pada Allah. "Anak tidak dapat mengerjakan sesuatu dari diri-Nya sendiri," kata Yesus (Yohanes 5:19). Seberapa banyak yang Yesus lakukan bila terpisah dari Allah? Tidak ada! Yesus selalu bergantung pada Bapa-Nya. Lukas menyatakan bahwa saat berita tentang pelayanan Yesus tersebar, "Datanglah orang banyak berbondong-bondong kepada-Nya untuk mendengar Dia dan untuk disembuhkan dari penyakit mereka. Akan tetapi Ia mengundurkan diri ke tempat-tempat yang terpencil dan berdoa" (Lukas 5:15,16). Dia tahu kebutuhan-Nya akan waktu teduh, untuk memulihkan jiwa-Nya. Yang dilakukan dalam keheningan itulah yang penting. Seperti Yesus, selama waktu teduh itulah kita dibentuk dan dijadikan manusia yang akan dipakai Allah sesuai kehendak-Nya. "Tetapi," Anda berkata, "saya sekarang berada dalam posisi yang membuat saya menjadi tidak berguna." Mungkin Anda merasa lingkungan sangat membatasi Anda. Penyakit, masalah keuangan, atasan atau rekan kerja yang sulit, atau seorang anggota keluarga yang tidak mau bekerja sama tampaknya melawan Anda. Bagaimanapun situasi Anda, pakailah itu untuk semakin mendekatkan diri kepada Sang Juru Selamat. Belajarlah untuk bergantung sepenuhnya pada Bapa, sama seperti Yesus. Berserahlah kepada Allah yang akan menjadikan Anda berguna dalam hal apa pun sesuai kehendak-Nya --DHR UKURAN KEBERGUNAAN ANDA SAMA DENGAN UKURAN KESETIAAN ANDA