Minggu, 17 Desember 2017

PULANG

Bacaan: 1Korintus 4:1-5 NATS: Tiap-tiap orang akan menerima pujian dari Allah (1Korintus 4:5) Sepasang utusan Injil senior yang telah melayani Allah selama 50 tahun di sebuah desa terpencil di Afrika, memutuskan untuk kembali ke AS dan memasuki masa pensiun. Namun ketika mereka tiba, tak seorang pun menyambut mereka karena terjadi kesalahpahaman di kantor utusan Injil itu. Tak ada yang membantu membawakan barang-barang bawaan mereka, apalagi sampai mengantar ke rumah. Itu sebabnya utusan Injil itu mengeluh kepada istrinya, "Setelah berpuluh tahun kita pergi, tak seorang pun peduli ketika kita kembali." Kepahitan yang dirasakan pria itu terus berkembang ketika mereka mulai menempati rumah baru mereka. Istrinya, yang telah muak mendengar keluhan sang suami menyarankan agar ia membawa masalah ini kepada Allah. Akhirnya, sang suami masuk kamar dan memberi waktunya untuk berdoa. Saat ia keluar dari kamar, wajahnya tampak berbeda, sehingga sang istri penasaran dan bertanya apa yang terjadi. Ia menjawab, "Aku berkata kepada Allah bahwa aku sudah pulang dan tak seorang pun peduli." "Lalu apa yang Allah katakan?" tanya istrinya. "Dia berkata, ‘Kamu memang belum pulang ke Rumahmu yang sejati’." Mungkin Anda juga telah melayani selama bertahun-tahun di sebuah tempat di mana tak seorang pun memperhatikan atau mempedulikan apa yang telah Anda perbuat. Namun, Allah senantiasa melihat dan peduli. Suatu hari kelak, ketika kita tiba di rumah abadi kita, "Tiap-tiap orang akan menerima pujian dari Allah" (1 Korintus 4:5). Sementara kita ada di dunia ini, tetaplah setia (ayat 2) --David Roper DUNIA MENGHARGAI KESUKSESAN, TETAPI ALLAH MENGHARGAI KESETIAAN!

Rabu, 06 Desember 2017

LUTUT

Bacaan: Yakobus 5:13-18 NATS: Bertekunlah dalam doa (Kolose 4:2) Kedua lutut saya terasa sakit, dan saya tidak tahu penyebabnya. Saya tidak melakukan apa pun yang membuatnya terluka atau memforsirnya terlalu berat. Atau jangan-jangan saya memang telah memforsirnya? Saya ingat bahwa beberapa hari sebelumnya, saya membenahi tembok rumah kami, menggosoknya, dan mempersiapkannya untuk dicat. Lalu saya mengecatnya hingga tuntas. Selama mengerjakan hal itu, sambil berdiri di atas tangga yang pendek untuk menggapai tembok bagian atas, saya menekan lutut saya pada tangga untuk menjaga keseimbangan. Jadi, sebenarnya tubuh saya ditopang kedua lutut saya. Kemudian terlintas pemikiran baru dalam benak saya: Kapan terakhir kali kedua lutut saya terasa sakit karena saya berlutut saat berdoa? Tampaknya sudah cukup lama. Meski memang orang tidak selalu berdoa dengan berlutut, pertanyaan yang saya tujukan kepada diri sendiri tersebut adalah pertanyaan yang menunjukkan kesalahan saya. Entah kita berlutut, berdiri, atau duduk, seberapa sering kita menggunakan doa untuk menopang diri kita? Kita dapat memperoleh bantuan dari banyak sumber--teman, konselor, buku--tetapi tak ada yang lebih baik selain topangan dan kekuatan yang kita dapatkan dari Allah tatkala kita berdoa. “Doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya” (Yakobus 5:16). Doa mempunyai kuasa. Kita diminta untuk “bertekunlah dalam doa dan dalam pada itu berjaga-jagalah” (Kolose 4:2). Bagaimana keadaan lutut Anda saat ini? --Dave Branon DOA TIDAK MEMBUTUHKAN KEFASIHAN TETAPI KESUNGGUHAN

Selasa, 05 Desember 2017

TAK ADA JAWABAN

Bacaan: Ayub 42:1-6 NATS: Apakah si pengecam hendak berbantah dengan Yang Mahakuasa? (Ayub 39:35) Menjelang Natal tahun 2003, sepulang kerja Lydia melihat kobaran api memancar dari rumahnya. Lebih dari sekadar kehilangan rumah, hatinya remuk redam karena ketujuh anggota keluarganya tewas ditelan lautan api itu. Ketika berita tentang tragedi tersebut disiarkan pagi itu, seorang diakon gerejanya segera datang untuk menghiburnya. Lydia mengajukan beberapa pertanyaan mendalam yang tidak dapat dijawab sang diakon. Lydia kemudian menghubungkan kejadian itu dengan kisah Ayub. Ayub kehilangan kesepuluh anaknya (Ayub 1:18, 19), tetapi ia tetap menyembah Allah (ayat 21). Kemudian ia pun terserang penyakit, dan istrinya mendesaknya untuk mengutuki Allah lalu mati (2:9). Teman-teman Ayub mengira bahwa mereka mengetahui jawaban dari semua itu, yakni bahwa Ayub pasti telah berbuat dosa dan layak mendapatkan semua masalah itu. Ayub mengeluh kepada Tuhan dengan penuh kepahitan dan meminta penjelasan serta pertolongan, tetapi Allah tidak menjawabnya. Dia bahkan tidak memberitahunya tentang permintaan Iblis yang ingin mengujinya (1:6-12; 2:1-6). Sebaliknya, Dia mengingatkan Ayub bahwa Dia adalah Allah dari segala hikmat dan tidak demikian dengan Ayub. Ayub menyesal, dan bertobat karena telah meragukan otoritas Allah (42:1-6). Di dunia, kita mungkin tidak menemukan jawaban untuk berbagai pertanyaan putus asa seperti, “Mengapa hal ini terjadi?” dan “Mengapa harus saya yang mengalaminya?” Namun, kita dapat berpegang pada kebenaran bahwa Allah berkuasa dan mengasihi kita --Anne Cetas ALLAH TIDAK HARUS MENJAWAB PERTANYAAN KITA TETAPI DIA AKAN SENANTIASA MEMEGANG JANJI-NYA

Minggu, 03 Desember 2017

KASIH SEJATI

Bacaan: Efesus 5:25-33 NATS: Bagi kamu masing-masing berlaku: kasihilah istrimu seperti dirimu sendiri dan istri hendaklah menghormati suaminya (Efesus 5:33) Pada suatu hari saya mendapat kunjungan seorang pria muda bernama Ewing. Ia dan anak perempuan kami, Julie, telah saling mengenal selama hampir setahun. Mereka saling mencintai. Ewing bertanya apakah ia boleh menikahi Julie. Setelah mengajukan beberapa pertanyaan dan mendapatkan tanggapan yang perlu saya dengar, saya pun memberikan restu kepadanya. Kemudian timbullah kejutan besar. Saya bertanya kapan ia akan menikahi Julie, dan ia menjawab, "Dalam waktu dua atau tiga minggu lagi." Pemuda ini sangat mencintai Julie sehingga ingin selalu bersamanya. Kasih sejati menuntut suatu tindakan. Kira-kira sebulan kemudian, dua minggu setelah acara pernikahan, menantu laki-laki saya yang baru ini berkata kepada saya, "Perlu Anda ketahui Pak, Julie adalah sahabat terbaik saya. Kami sangat menikmati kebersamaan kami." Sebagian dari kita yang telah menikah cukup lama mungkin berpikir bahwa pengalaman telah membuat kita menjadi pakar dalam soal pernikahan. Namun saya yakin kita dapat belajar dari para pengantin baru. Pertama, jika dua orang sungguh-sungguh mencintai, mereka akan memberi perhatian yang dalam satu sama lain dan begitu menikmati kebersamaan mereka. Kedua, kasih sejati berarti hubungan pasangan itu akan ditandai dengan kebaikan yang dilakukan satu sama lain. Disebut apakah ciri-ciri dua orang seperti ini kalau bukan sahabat karib? Yesus adalah sumber terbesar cinta kasih dan penghargaan (Efesus 5:25-33). Teladan kasih sejati adalah kasih Kristus --Dave Branon PERNIKAHAN YANG BERHASIL MEMBUTUHKAN JATUH CINTA BERKALI-KALI -- KEPADA ORANG YANG SAMA

MENCARI ALLAH?

Bacaan: Matius 21:28-32 NATS: Pemungut-pemungut cukai dan perempuan-perempuan sundal akan mendahului kamu masuk ke dalam Kerajaan Allah (Matius 21:31) Saya dan istri saya sedang makan malam dengan sepasang suami istri di pondok pemancingan di Montana. Tetapi acara itu terganggu oleh suguhan cerita kasar seorang pemancing mabuk tentang kunjungannya. Meski komentarnya terdengar bodoh dan menyinggung perasaan, saya menangkap nada belas kasihan dalam suaranya. Kemudian saya teringat ucapan G.K. Chesterton, “Bahkan ketika manusia mengetuk pintu rumah pelacuran, mereka sesungguhnya sedang mencari Allah.” Chesterton memang benar. Banyaknya hasrat membuktikan adanya kehausan yang mendalam akan Allah. Pria tadi, yang tampaknya jauh dari Allah, sebenarnya tanpa ia sadari lebih dekat kepada Allah. Setiap orang tahu bahwa ia diciptakan untuk mengejar sesuatu yang tinggi, tetapi dengan santai ia justru berjalan di jalan yang merendahkan dirinya. Ia menjadi kurang tangguh dari yang seharusnya, dan ia tahu hal itu. Ada perasaan yang selalu mengganggunya bahwa ia seharusnya lebih dari yang sekarang. Sebagian orang menyembunyikan hal itu dengan menganggap diri paling benar, seperti orang Farisi, atau bersikap tak peduli. Sebagian lagi tahu bahwa mereka telah tersesat. Perasaan yang sukar dimengerti itu bila ditindaklanjuti dapat membawa mereka kepada Allah. Yesus berkata kepada orang Farisi, “Pemungut-pemungut cukai dan perempuan-perempuan sundal akan mendahului kamu masuk ke dalam Kerajaan Allah” (Matius 21:31). Karena itu, saya rasa pemancing mabuk tadi jauh lebih mungkin bertobat daripada kaum Farisi --David Roper DALAM DIRI KITA MASING-MASING ADA TEMPAT KOSONG BENTUKAN ALLAH YANG HANYA DAPAT DIISI OLEH DIA -- Pascal