Minggu, 31 Maret 2013

Menghitung Rahmat

MENGHITUNG RAHMAT Bacaan: Ratapan 3:17-25 NATS: Tetapi hal-hal inilah yang kuperhatikan, oleh sebab itu aku akan berharap: Tak berkesudahan kasih setia Tuhan, tak habis-habisnya rahmat-Nya, selalu baru tiap pagi; besar kesetiaan-Mu!" (Ratapan 3:21-23) "Rumput di halaman rumah tetangga selalu terlihat lebih hijau." Pepatah ini hendak menggambarkan kecenderungan orang untuk melihat apa yang tidak dimiliki dalam hidupnya. Ada orang yang beranggapan bahwa hidup orang lain lebih menyenangkan. Akibatnya, orang itu tidak dapat bersyukur dengan hidupnya sendiri. Sikap demikian sebenarnya justru memicu ketidakbahagiaan. Dalam bukunya, "Petunjuk Hidup Tenteram dan Bahagia", Dale Carnegie mengatakan, "Kecenderungan untuk jarang melihat apa yang kita miliki, tetapi selalu ingat pada apa yang tidak kita punyai, merupakan tragedi terbesar di dunia ini. Bisa jadi hal ini telah lebih banyak menimbulkan kemalangan dibandingkan dengan yang ditimbulkan oleh semua perang dan penyakit dalam sejarah." Yeremia, penulis Kitab Ratapan, menunjukkan teladan yang indah. Berbagai kejadian buruk menimpa hidupnya, sampai-sampai ia sempat berpikir, "Sangkaku: hilang lenyaplah kemasyhuranku dan harapanku kepada Tuhan" (ayat 18). Namun, ia tidak membiarkan diri terjebak dalam kondisi itu. Sebaliknya, ia memusatkan perhatian pada rahmat dan kesetiaan Tuhan, "Tetapi hal-hal inilah yang kuperhatikan ... Tak berkesudahan kasih setia Tuhan... selalu baru tiap pagi; besar kesetiaan-Mu!" (ayat 21-23). Hidup memiliki begitu banyak hal yang dapat kita syukuri; udara yang kita hirup dengan nyaman, tawa dan tangisan anak-anak kita, makanan dan minuman yang bisa kita nikmati, dan sebagainya. Mari kita perhatikan hal-hal ini. Mari pusatkan perhatian kepada kesetiaan Allah yang tak pernah habis, dan mari kita bersyukur! -AYA SELAMA KITA HIDUP SELALU ADA ALASAN UNTUK BERSYUKUR

Sabtu, 30 Maret 2013

Clocky

"CLOCKY" Bacaan: Mazmur 39 NATS: Ya Tuhan, beri tahukanlah kepadaku ajalku, dan apa batas umurku, supaya aku mengetahui betapa fananya aku (Mazmur 39:5) Seorang mahasiswa lulusan Massachusetts Institute of Technology telah membantu memecahkan masalah tidur terlalu lama. Gauri Nanda dari jurusan desain industri yang berusia 26 tahun, membuat "Clocky", sebuah jam alarm yang dibungkus busa dan diberi roda yang membuat jam itu dapat berlari dan bersembunyi sebelum dering alarmnya sempat dimatikan. Sebuah papan sirkuit memberi perintah pada motor-motor kecil untuk bergerak secara acak, sehingga jam itu akan berhenti di tempat yang berbeda setiap hari. Untuk mematikannya, Anda harus turun dari tempat tidur dan mencari jam itu. Kita sering mengatakan bahwa "waktu cepat berlalu", tetapi orang bijak membuktikan bahwa "waktu itu tetap; kitalah yang berubah". Entah kita cepat bangun atau masih tidur di tempat tidur, kita akan terus dikendalikan oleh kekuatan misterius yang bernama waktu. Setiap hari, kesadaran yang baru tentang singkatnya hidup dapat mendorong kepercayaan kita kepada Allah. Sang pemazmur menulis, "Ya Tuhan, beritahukanlah kepadaku ajalku, dan apa batas umurku, supaya aku mengetahui betapa fananya aku! .... Ya, setiap manusia hanyalah kesia-siaan! .... Dan sekarang, apakah yang kunanti-nantikan, ya Tuhan? Kepada-Mulah aku berharap" (Mazmur 39:5,6,8). Apa yang perlu kita selesaikan hari ini? Mungkin kita perlu memulai tugas penting, mengerjakan hal-hal yang lazim, atau bekerja untuk memperbarui hubungan yang berarti sebelum kita tidur dan dibangunkan kembali. Hidup itu singkat, tetapi Allah kita kuat --DCM JANGAN MEMBUANG WAKTU INVESTASIKANLAH WAKTU ANDA

tukar mimbar akhir bulan maret 2013

tukar mimbar akhir bulan maret 2013..
terimakasih sudah berkecimpung dalam acara tukar mimbar.. god bless you

Tetap bersukacita

TETAP BERSUKACITA Bacaan: Filipi 1:3-14 NATS: ... aku selalu berdoa dengan sukacita (Filipi 1:4) Sebuah kutipan bijak mengatakan, "Pergumulan dan penderitaan tak dapat dihindari, tetapi kesedihan adalah pilihan." Ya, ada banyak alasan yang membuat kita tidak dapat bersukacita, tetapi sebenarnya sukacita tidak ditentukan oleh kondisi di sekeliling kita. Dalam situasi terburuk pun, sebenarnya kita tetap dapat bersukacita, tergantung apakah kita memilih untuk tetap bersukacita atau larut dalam kesedihan. Mengawali suratnya kepada jemaat di Filipi, Paulus berkata bahwa ia sedang bersukacita dalam doanya (Filipi 1:4). Apa yang membuat Paulus bersukacita? Hidup yang nyaman? Dalam kondisi apa ia berkata demikian? Bacaan kita menunjukkan bahwa Paulus mengatakan hal ini saat ia berada dalam penjara yang begitu gelap dan dingin! Penjara boleh memenjarakan tubuhnya, tetapi tidak dapat memenjarakan sukacita dalam dirinya! Andaikan Paulus memilih untuk bersedih hati, maka kekuatannya hilang, dan pengabaran Injil pun akan berhenti. Namun, Paulus bersandar kepada kekuatan Allah yang menolongnya untuk tetap bersukacita; sehingga ia dapat melihat arti penderitaannya, terus memikirkan kemajuan pengabaran Injil, dan mendoakan kesetiaan rekan-rekannya di luar penjara (ayat 9-11)! Apakah pergumulan dan penderitaan merebut sebagian besar sukacita kita? Apakah masalah dalam pekerjaan, pelayanan, studi, bahkan keluarga, telah membuat kita menjadi anak Tuhan yang lupa untuk tertawa? Pilihan untuk terus bersedih tak akan membantu, sebaliknya akan membuat kita pesimis dalam memandang hidup. Mari kita memohon pertolongan Allah untuk dapat bersukacita dalam segala keadaan! -PK PENDERITAAN BOLEH MEMBUAT KITA SEAKAN-AKAN DIPENJARA NAMUN SESUNGGUHNYA IA TAK DAPAT MEMENJARA SUKACITA KITA

MALAM

MALAM Bacaan: Efesus 5:6-17 NATS: Setelah orang banyak itu disuruh-Nya pulang, Yesus naik ke atas bukit untuk berdoa seorang diri. Menjelang malam, Ia sendirian di situ (Mat. 14:23) Malam adalah salah satu waktu favorit saya. Itulah saatnya untuk mengingat kembali apa yang telah berlalu pada hari itu, melakukan berbagai pemeriksaan, dan merenungkan berbagai peristiwa hari itu -- entah peristiwa baik atau buruk. Apabila cuaca sedang baik, saya dan istri akan berjalan-jalan ke luar, atau kadang kala kami hanya membuat secerek kopi dan berbincang-bincang tentang hari yang kami lewati dan apa yang telah kami lakukan. Itulah saatnya untuk melakukan pertimbangan dan evaluasi dengan cermat, bersyukur, dan berdoa. Tuhan kita juga melakukan hal serupa selama pelayanan-Nya di dunia. Di akhir hari yang melelahkan dan membutuhkan banyak perhatian-Nya, Dia naik ke atas gunung selama beberapa saat untuk berefleksi dan berdoa di hadapan Bapa-Nya (Mat. 14:23). Nilai dari tindakan saat teduh di hadapan Bapa surgawi dan refleksi diri secara cermat terhadap bagaimana kita telah menjalankan kehidupan selama ini, memiliki signifikansi yang besar. Barangkali ini merupakan tujuan Rasul Paulus saat menantang kita untuk menggunakan waktu sebaik-baiknya (Ef. 5:16). Ia ingin memastikan bahwa kita akan memanfaatkan waktu yang diberikan Allah dengan sebaik-baiknya untuk hidup dan melayani. Manakala hari akan berakhir, luangkan waktu sejenak untuk berefleksi diri. Di tengah ketenangan malam, di hadapan Allah, kita dapat memperoleh cara pandang yang lebih akurat tentang kehidupan dan cara menjalaninya --WEC Aku datang dari dunia perselisihan, Dengan beban, cobaan, dan derita Ke tempat indah, tenang, dan aman Bertemu Yesus muka dengan muka. --Brandt AKAN MUNCUL SEMAKIN BANYAK REFLEKSI DARI YESUS KETIKA KITA SEMAKIN BANYAK BEREFLEKSI TENTANG DIA

Doktrin Tentang Dosa – Hamartiologi




Doktrin tentang dosa disebut Hamartiologi, yang berasal dari kata Grika Hamartia yang berarti dosa dan Logos yang berarti kata atau percakapan. Jadi Hamartiologi adalah pelajaran Alkitab mengenai dosa, asal-usulnya, definisi, pengungkapan dan akhirnya.
I. FAKTA TENTANG DOSA
1. Penciptaan mengatakannya. Segenap alam mengatakan bahwa ada sesuatu yang salah. Alam membuktikan bahwa ada kehidupan dan kematian, ada keharmonisan dan perselisihan, ada keindahan dan keburukan, terang dan gelap, yang menyatakan fakta adanya dosa. Kekuatan-kekuatan alam dapat menjadi berkat tetapi dapat juga menjadi kutuk. Bumi yang dimaksudkan memberkati manusia, tetapi ada waktunya mendatangkan kesengsaraan. Ini semua jadi karena dosa telah masuk ke alam semesta. “Karena engkau mendengarkan perkataan istrimu dan memakan dari buah pohon yang telah Kuperintahkan kepadamu: Jangan makan dari padanya, maka terkutuklah tanah karena engkau.” (Kejadian 3:17).
2. Sejarah manusia mengatakannya. Pandangan singkat atas sejarah, dengan adanya perang, pertumpahan darah, kebencian, pembunuhan, kebejatan moral dan ketamakan, menunjukkan bahwa ada yang salah pada manusia bangsa-bangsa di bumi. Alkitab mengatakan bahwa perang dan perkelahian, pertengkaran dan pembunuhan adalah karena dosa. (Yakobus 4:1-2).
3. Logika manusia menyatakannya. Manusia yang jujur akan mengakui bahwa ada yang salah di dalam dirinya. Ia mengakui bahwa ia tidak harmonis di dalam dirinya. Inilah fakta adanya dosa di dalam diri yang bersangkutan. Seorang yang jujur dengan dirinya, mengakui di Alkitab, “Karena bukan apa yang aku kehendaki yang aku perbuat, tetapi apa yang aku benci, itulah yang aku perbuat. Sebab bukan apa yang aku kehendaki, yaitu yang baik, yang aku perbuat, melainkan apa yang tidak aku kehendaki, yaitu yang jahat, yang aku perbuat.” (Roma 7:14,19). Manusia melakukan yang salah karena ia orang berdosa.
4. Kata hati manusia menyatakannya. Kata hati manusia adalah saksi tentang dosa yang ada pada manusia. Pada saat seseorang melakukan yang salah, kata hatinya menyalahkan dia, menuduh dan menghukum dia. “Suara hati mereka saling menuduh atau saling membela.” (Roma 2:15). Kata hati membuktikan adanya dosa pada manusia.
5. Pengalaman manusia menyatakannya. “Sebab dari dalam, dari hati orang, timbul segala pikiran jahat, percabulan, pencurian, pembunuhan, perzinahan, keserakahan, kejahatan, kelicikan, hawa nafsu, iri hati, hujat, kesombongan, kebebalan.” (Markus 7:20,21). “Mereka akan membual dan menyombongkan diri, mereka akan menjadi pemfitnah, mereka akan berontak terhadap orang tua dan tidak tahu berterima kasih, tidak memperdulikan agama, tidak tahu mengasihi, tidak mau berdamai, suka menjelekkan orang, tidak dapat mengekang diri, garang, tidak suka yang baik, suka mengkhianat, tidak berpikir panjang, berlagak tahu, lebih menuruti hawa nafsu daripada menuruti Allah.” (2 Timotius 3:2-4). Ayat-ayat Firman Tuhan ini dan ayat-ayat lainnya mengatakan tentang dosa dalam hidup manusia dan pengalaman manusia mengesahkan bahwa apa yang dikatakan Firman Allah benar. Pengalaman manusia menyatakan bahwa dosa itu ada dalam hidup manusia.
6. Agama-agama manusia menyatakannya. Bangsa-bangsa di dunia mempunyai allah atau allah-allah yang disembah. Dengan korban-korban dan ibadah mereka berusaha menyenangkan dewa-dewa karena rasa bersalah atau dosa di hati mereka. Kepercayaan atau agama bangsa-bangsa di dunia membuktikan adanya dosa pada manusia. Manusia dengan agamanya mau menutupi atau menyelesaikan dosa itu.
7. Orang percaya menyatakannya. Orang percaya yang telah percaya Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamatnya yang lebih menyadari adanya dosa. Setelah mendengar Injil, percaya dan bertobat dan dilepaskan dari dosa yang menguasainya, orang percaya lebih menyadari realitas dosa itu. Tetapi orang percaya yang menyadari bahwa untuk menyelesaikan dosa yang menguasai manusia, harus disucikan dan dikuasai oleh Firman Allah dan Roh Kudus.
8. Kitab Suci menyatakannya. Pengadilan tertinggi untuk membuktikan sesuatu adalah Firman Allah. Justru Firman Allah yang mengatakan bahwa semua manusia berdosa. “Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah.” (Roma 3:23). “Sebab itu, sama seperti dosa telah masuk ke dalam dunia oleh satu orang, dan oleh dosa itu juga maut, demikianlah maut itu telah menjalar kepada semua orang, karena semua orang telah berbuat dosa.” (Roma 5:12).
II. TEORI-TEORI MENGENAI DOSA
1. Teori-teori yang salah tentang dosa.
a. Teori Ateistis. Ateistis tidak percaya adanya Allah. Karena tidak percaya adanya Allah, juga dengan sendirinya percaya tidak ada Allah yang menyebabkan manusia berdosa kepadanya. Karena tidak ada Allah, kepada siapa manusia berdosa dan mempertanggungjawabkan keberadaannya dan apa yang ia lakukan? Itulah kekeliruan keyakinan Ateistis mengenai dosa.
b. Teori Determinisme. Teori ini percaya bahwa manusia tidak mempunyai kehendak bebas. Manusia tak dapat melawan apa yang baik atau yang jahat. Pandangan ini bersifat fatalistis, karena manusia tak dapat menolak apa yang akan datang, dan oleh sebab itu manusia tak dapat dipersalahkan untuk apa yang dibuatnya. Inilah kekeliruan paham Determinisme mengenai dosa.
c. Teori Evolusi. Teori ini berpegang bahwa manusia adalah hasil dari evolusi, dan manusia mengalami evolusi dari monyet. Apa yang dikatakan “dosa”, hanya merupakan sifat-sifat binatang (monyet) yang ada pada manusia. Sebab itu manusia tak dapat dipersalahkan untuk apa yang dikatakan sebagai “dosa”. Tetapi teori ini menyangkali bahwa manusia adalah mahluk moral yang diciptakan menurut gambar dan teladan Allah. Inilah kekeliruan dari teori Evolusi.
2. Teori-teori Bidat tentang dosa.
a. Christian Science (Ilmu Pengetahuan Kristen). Christian Science mengatakan bahwa manusia tidak sanggup berdosa. Dosa adalah kesalahan pikiran fana. Manusia hanya memikirkan bahwa ada dosa dan bila pikirannya diperbaiki, dosa tidak ada lagi. Dosa, penyakit dan maut, bukan realitas tetapi hanya khayalan. Manusia tidak dapat berdosa karena ia mendapat esensinya dari Allah.
b. Spiritisme. Spiritisme mengatakan bahwa manusia tidak pernah jatuh. Apapun yang dijalani manusia, baik dan yang jahat, adalah jalan yang aturannya dan tujuannya Ilahi.
c. Russelisme. Russelisme atau saksi Yehovah mengatakan dosa, “Maut, padamnya hidup, adalah upah dosa”. Dalam waktu millenium, roh akan dibangkitkan dan akan diberi kesempatan kedua atau percobaan kedua untuk hidup kekal. Tiap-tiap orang tidak mati karena dosanya sendiri, tetapi karena dosa Adam, sehingga di dalam Adam semua mati. Waktu dimana manusia akan mati karena dosanya yaitu di milenium.
d. Teosofi. Teosofi mengajarkan bahwa semua pikiran meninggalkan jejaknya di tubuh dan muncul kembali sebagai kecenderungan didalam inkarnasi yang akan datang. Roh manusia dapat berpindah dan perbuatan manusia menentukan tubuh yang akan dimilikinya pada kelahirannya yang berikut. Kebebasan dari dosa yaitu bila hilang di dalam perenungan meditasi.
e. Unitas. Unitas mengajarkan bahwa tidak ada dosa, penyakit atau kematian. Allah tidak melihat ada yang jahat pada manusia. Dosa hanyalah kekurangan dalam menunjukkan sifat ilahi. Saya tidak dapat menyalahkan diri saya atau dunia karena saya mempunyai nafsu karena Allah ada dalamnya.
f. Mormonisme. Mormonisme mengajar bahwa Adam perlu mengambil bagian dalam memakan buah yang dilarang. Bila tidak demikian ia tidak mengetahui yang baik dan yang jahat dan tidak mempunyai keturunan di dunia.
III. TEORI-TEORI KRISTEN TENTANG DOSA
a. Teori Pelagian – Teori ketidak-berdosaan manusia secara alamiah. Teori ini berasal dari Pelagius, seorang rahib di Inggris yang lahir sekitar tahun 370 M. Ia mengajarkan bahwa dosa Adam hanya mempengaruhi dirinya. Ia berpendapat bahwa setiap jiwa manusia yang diciptakan Allah tidak berdosa dan bebas dari kecenderungan yang rusak. Allah menetapkan bahwa manusia bertanggungjawab untuk perbuatan dosa yang dengan sengaja ia lakukan. Roma 5:12 yang mengatakan bahwa maut telah menjalar kepada semua orang, karena semua orang telah berbuat dosa, ditafsirkannya bahwa itu telah menunjuk kepada kematian fisik yang berlaku kepada manusia setelah ia berbuat dosa.
b. Teori Arminian – Teori kerusakan yang diambil secara sukarela. Arminius seorang profesor di Belanda ( 1560-1609 ) mengajarkan teori tentang dosa yang dianggap Semi – Pelagianisme. Teori ini berpegang bahwa akibat dosa Adam manusia dilahirkan tanpa kebenaran dan tak berkemampuan memperoleh kebenaran. Namun manusia tidak diperhitungkan bersalah karena dosa Adam. Ia hanya bertanggungjawab karena dosa perbuatannya yang sadar. Mengenai Roma 5:12 ia menafsirkan bahwa maut telah menjalar kepada semua orang, karena semua orang telah berbuat dosa, yaitu bahwa manusia menderitakan konsekuensi dosa Adam. Karena itu Allah diwajibkan oleh tabiatNya untuk mengirimkan pengaruh Roh Kudus untuk meniadakan kecenderungan yang jahat yang diwarisi manusia karena kejatuhan Adam.
c. Teori Aliran Baru – Teori kerusakan yang tak-dapat-dihukum. Teori ini berdekatan dengan teori Arminian. Teori ini berpegang bahwa manusia hanya bertanggungjawab atas perbuatan pribadi, walaupun semua manusia lahir dengan kecenderungan untuk berdosa. Kematian bukanlah hukuman pada manusia, tetapi konsekuensi ketidak-senangan Allah atas pelanggaran Adam. Mengenai Roma 5:12 ditafsirkan bahwa kematian rohani melanda semua manusia, karena semua manusia secara aktual dan pribadi telah berdosa.
d. Teori Federal – Teori tuduhan oleh perjanjian. Teori ini berasal dari Cocceius ( 1603- 1669 ), seorang profesor Belanda, yang dikembangkan oleh Francis Turretin, juga seorang profesor Belanda. Teori ini berpegang bahwa Allah mengadakan perjanjian dengan Adam sebagai kepada perwakilan manusia, yang menjanjikan kehidupan kekal bila patuh, dan ada kematian dan kehancuran bila ia tidak menaati. Karena Adam berdosa maka semua keturunannya berdosa. Allah menyalahkan semua karena pelanggaran Adam. Teori ini berpegang bahwa setiap jiwa yang diciptakan Allah ada sifat buruk dan berdosa sebagai hukuman atas Adam.
e. Teori tuduhan tak langsung – Teori penghukuman karena kerusakan. Teori ini berasal dari Plaesus ( 1605-1655 ), seorang profesor Perancis. Ia mengajarkan bahwa semua manusia telah rusak secara fisik dan moral dan inilah sumber semua dosa di dalam manusia. Kerusakan fisik datang dari Adam karena pembiakan alami tetapi jiwa yang diciptakan Allah menjadi rusak saat bersatu dengan tubuh. Roma 5:12 ditafsirkannya bahwa semua berdosa karena mempunyai sifat alamiah yang berdosa.
f. Teori Augustinus – Teori pimpinan alami Adam. Teori ini pertama kali diterangkan oleh Augustinus ( 354-430 ), dan kemudian dilanjutkan oleh Tertulianus. Teori ini yang dipegang secara umum oleh para Reformator. Teori ini mengajarkan bahwa dosa Adam dituduhkan kepada generasi keturunannya yang belum lahir, karena kesatuan organis semua manusia “di dalam Adam”. Semua manusia ada di dalam di pinggangnya, walaupun belum lahir. Adam sebagai kepala perwakilan manusia, melakukan apa yang dilakukan manusia lain dalam percobaan yang sama. Roma 5:12 ditafsirkannya bahwa di dalam Adam semua manusia telah berdosa. Ini berarti kematian fisik, rohani dan kekal, dan semuanya terlibat dalam pimpinan Adam secara alamiah. Teori inilah yang paling Alkitabiah dibanding teori-teori yang lainnya.
IV. DEFINISI ALKITAB MENGENAI DOSA
1. Definisi-definisi Alkitab tentang dosa.
a. Dosa adalah pelanggaran hukum. “Dosa ialah pelanggaran hukum Allah.” (1 Yohanes 3:4).
b. Kejahatan adalah dosa. “Semua kejahatan adalah dosa.” (1 Yohanes 5:17).
c. Tidak melakukan yang baik adalah dosa. “Jika seorang tahu bagaimana ia harus berbuat baik, tetapi ia tidak melakukannya, ia berbuat dosa.” ( Yakobus 4:17 ).
d. Ketidakpercayaan adalah dosa. “Dan segala sesuatu yang tidak berdasarkan iman, adalah dosa.” (Roma 14:23).
e. Memikirkan kebodohan adalah dosa. (The devising of folly is sin). Amsal 24:10.
2. Kata-kata Ibrani untuk dosa.
a. Chattath, yang berarti kejahatan, pelanggaran, keberdosaan disengaja.
b. Avon, Avown, yang berarti kejahatan, pelanggaran, dosa.
c. Pasha, yang berarti pelanggaran, pemberontakan.
d. Asham, yang berarti pelanggaran, rasa salah.
3. Kata-kata Grika untuk dosa.
a. Hamartia – digunakan 174 kali di Perjanjian Baru, artinya dosa.
b. Hamartema – digunakan 4 kali di Perjanjian Baru, artinya dosa. Hamartema terutama untuk pengungkapan luar dari dosa atau ketidakpatuhan pada hukum Ilahi.
c. Parakoe – digunakan 5 kali di Perjanjian Baru, artinya ketidaktaatan atau ketidakpedulian terhadap Firman Allah.
d. Anomia – digunakan 15 kali di Perjanjian Baru, artinya pelanggaran hukum kedurhakaan. Pelanggaran hukum berasal dari pemberontakan di hati.
e. Parabasis – digunakan 16 kali di Perjanjian Baru, artinya pelanggaran, melanggar hukum Allah.
f. Paraptoma – digunakan 23 kali di Perjanjian Baru, artinya kejatuhan, pelanggaran, kesalahan, penyimpangan.
g. Agnoema – digunakan hanya sekali di Perjanjian Baru, artinya pelanggaran, dosa karena tidak peduli.
V. HUKUM ALLAH DALAM HAL DOSA
1. Perlunya hukum.
a. Di alam semesta. Allah adalah pencipta alam semesta dan pemberi hukum dalam alam semesta. Waktu Allah menciptakan alam semesta, Ia menciptakannya dengan diatur hukum-hukum. Tanpa hukum akan ada kekacauan di alam semesta. Jadi alam semesta takluk pada hukum-hukum Allah.
Allah adalah pencipta alam semesta dan pemberi hukum dalam alam semesta. Waktu Allah menciptakan alam semesta, Ia menciptakannya dengan diatur hukum-hukum. Tanpa hukum akan ada kekacauan di alam semesta. Jadi alam semesta takluk pada hukum-hukum Allah.
b. Pada mahluk. Allah yang menciptakan mahluk dan manusia dengan hukum. Manusia sebagai mahluk ciptaan Allah, hidup di bumi dengan hukum. Karena manusia adalah sebagai mahluk moral, manusia dapat hidup dalam hukum. Walaupun manusia sebagai mahluk yang berkehendak bebas, namun manusia bertanggungjawab untuk hidup sesuai hukum. Bila individu-individu manusia tak memelihara hukum, akan terjadi kekacauan dan bentrokan antar individu. Jadi hukum diberikan Allah kepada manusia, supaya dapat hidup bersama dengan baik. Namun manusia sebagai mahluk moral yang berkehendak bebas, dapat memilih untuk memelihara hukum atau memberontak dan melanggar hukum, manusia dapat memilih untuk menjadi baik atau menjadi jahat.
2. Pelanggaran hukum. Hukum mutlak perlu untuk alam semesta dan mahluk ciptaan. Allah juga memberi hukum yang mengatur hubungan manusia dengan Allah sendiri. Bahasa hukum adalah “Engkau harus” dan “jangan engkau”. Manusia mempunyai kuasa untuk memilih apa yang ia lakukan. Manusia dikatakan sebagai agen moral dan agen kehendak bebas. Manusia dapat memilih untuk dengan bebas melakukan kehendak sendiri tanpa hukum, atau memilih untuk dengan kehendak sendiri melakukan yang sesuai dengan hukum. Dalam hubungan dengan Allah, misalnya, dikatakan dalam Matius 4:10, “Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dialah saja engkau berbakti.” Melanggar hukum ini adalah dosa, sebab dosa ialah “pelanggaran hukum Allah.” (1 Yohanes 3:4).
VI. ASAL-USUL DOSA
1. Masuknya dosa ke alam semesta. Kitab Suci menunjukkan dengan jelas bahwa mahluk moral yang pertama diciptakan adalah rombongan malaekat, dan bahwa Lucifer dan malaekatnya adalah pendosa-pendosa pertama dan yang asli. Jadi dosa mulai di sorga di antara orde malaikat. Kemudian turun ke bumi di mahluk penggoda yaitu iblis.
Lucifer adalah mahluk malaekat, penghulu malaekat, yang dipakaikan dengan hikmat, terang dan keindahan. Ia ditugaskan sebagai pemimpin di dalam pelayanan penyembahan. Ia diurapi menjadi kerub yang mengawal takhta Allah. Ia tidak bercela di dalam tingkah lakunya sejak penciptaannya. Ini ada padanya sampai didapati ada kecurangan kepadanya. Keadaan dari Lucifer dapat dilihat dari Firman Tuhan yang menggambarkan mengenai raja Babel, seperti yang tertulis dalam Yesaya 14:12-14, dan raja Tirus seperti tertulis dalam Yehezkiel 28:1-19.
Esensi yang ada pada Lucifer yaitu keterpusatan-diri, yang menyatakan dalam tritunggal dosa: kesombongan, ketamakan (hawa nafsu) dan kehendak-diri.
a. Kesombongan. Lucifer menjadi sombong (Yehezkiel 28:5), dan berkata ia adalah Allah (ayat 2), dan menempatkan diri sama dengan Allah (ayat 6). “Kecongkakan mendahului kehancuran, dan tinggi hati mendahului kejatuhan.” (Amsal 16:18).
b. Ketamakan atau hawa nafsu. Lucifer menyatakan keinginan yang tamak waktu ia berkata: “Aku hendak naik mengatasi awan-awan, hendak menyamai Yang Mahatinggi” (Yesaya 14:14). Ia menginginkan posisi Allah dan penyembahan yang hanya menjadi hak Allah. Ia bangkit melawan Firman, Allah yang benar.
c. Kehendak diri. Nabi Yesaya dalam membicarakan kejatuhan Lucifer, mendaftarkan lima ungkapan kehendak-diri (Yesaya 14:13,14).
(1) Menaikkan diri. “Aku hendak naik ke langit.”
(2) Pengangkatan diri. “Aku hendak mendirikan takhtaku mengatasi bintang-bintang Allah.”
(3) Penobatan diri. “Aku hendak duduk di atas bukit pertemuan, jauh di sebelah utara.”
(4) Kepercayaan diri. “Aku hendak naik mengatasi ketinggian awan-awan.”
(5) Pemujaan diri. “Aku hendak menyamai Yang Mahatinggi.”
Kehendak-diri menjadi dosa-benih dari semua dosa. Semua buah dosa ada di dalam bentuk benih itu.
Jadi iblis, mahluk roh dan malaikat, mahluk moral dan berkehendak bebas yang diciptakan, bangkit melawan Allah Pencipta, dengan kesombongan, ketamakan dan kehendak diri penuh pemberontakan. Tetapi iblis bukannya naik melainkan jatuh.
Iblis adalah pendusta pertama, yang bertanggungjawab atas masuknya dosa ke alam semesta. Ia memimpin pemberontakan malaikat, dan akhirnya adalah kejatuhan manusia melalui Adam.
2. Masuknya dosa ke dalam manusia. Dalam Kejadian 3:1-6 kita mendapat laporan tentang godaan pada manusia dan masuknya dosa ke dalam ras manusia. Percobaan pada manusia terpusat di sekitar suatu pohon di Taman Eden, pohon pengetahuan baik dan jahat. Secara khusus meliputi kedengar-dengaran pada perintah Allah yang diberikan di Kejadian 2:17. Manusia boleh makan dari semua pohon, kecuali buah yang dilarang, buah pohon pengetahuan baik dan jahat. Di sini manusia diperhadapkan pada pilihan, kepatuhan atau ketidakpatuhan pada kehendak Allah. Manusia juga mengetahui konsekuensi pilihannya yaitu kematian atau kehidupan. Sebagai mahluk yang berkehendak bebas, ia mempunyai kuasa untuk memilih.
Di dalam percobaan pada manusia, Allah mengijinkan Iblis, pendosa yang pertama itu, untuk mencobai manusia. Cobaan pada manusia meliputi:
a. Pencobaan yang menyangkut tubuh, jiwa dan roh. Waktu Allah mengijinkan Adam dan Hawa dicobai ular, mereka digoda dalam:
(1) Tubuh, yaitu keinginan daging. “Pohon itu baik untuk dimakan.”
(2) Jiwa, yaitu keinginan mata. “Pohon itu sedap kelihatannya.”
(3) Roh, yaitu kesombongan hidup. “Pohon itu menarik hati karena memberi pengertian “Kamu akan menjadi seperti Allah, tahu tentang yang baik dan yang jahat.”
Jadi manusia di dalam ketritunggalannya dicobai menurut ketiga hal yang disebutkan di 1 Yohanes 2:15-17. Jadi waktu manusia jatuh, manusia jatuh secara tubuh, jiwa dan roh, yaitu manusia berdosa dalam tubuh, jiwa dan roh. Ini menyebabkan kerusakan total.
b. Pencobaan dalam hal keinginan, kesombongan dan kehendak-diri.
(1) Pencobaan menyangkut keinginan. Allah telah memberikan kepada manusia lima instink mendasar yaitu:
a). Hukum pemeliharaan diri, yang memungkinkan manusia memelihara dirinya.
b). Hukum penambahan diri, yang memungkinkan manusia memperoleh kebutuhan hidup untuk mencukupi diri.
c). Hukum pemberian makan pada diri, yaitu instink mencari makan.
d). Hukum pembiakan diri, yaitu instink kelamin, yang dengannya manusia bertambah-tambah.
e). Hukum penonjolan diri, yang dengannya manusia dapat menaklukkan dan menguasai bumi.
Instink-instink ini merupakan kemampuan manusia dan bukan dosa. Tetapi Iblis menjadikannya keinginan yang tidak terkontrol sehingga manusia ditaklukkan oleh keinginan. Pencobaan merupakan eksploitasi atas kemampuan manusia dan penyelewengan atas instink yang diberikan oleh Allah. Ular membujuk perempuan itu untuk melanggar hukum Allah. Manusia mengikuti keinginannya, dan itulah dosa.
(2) Kesombongan. Pencobaan juga meliputi apa yang muncul dari keinginan yang tidak wajar, yaitu kesombongan. Pernyataan Iblis, “Kamu akan menjadi seperti Allah, tahu tentang yang baik dan yang jahat”, merupakan bujukan ego manusia. Ini adalah bujukan dari kesombongan. Pencobaan Iblis membujuk manusia agar jatuh dalam kesombongan, yaitu bahwa manusia akan menjadi seperti Allah, yang tahu tentang yang baik dan yang jahat.
(3) Kehendak-sendiri. Setelah manusia terbujuk oleh si ular, manusia tetap bebas untuk melakukan atau tidak melakukan apa yang ditawarkan Iblis. Tujuan Iblis memang adalah untuk menguasai kehendak-sendiri manusia itu. Ia mau supaya manusia mempraktekkan kehendak-sendiri, yang bertentangan dengan kehendak Allah. Manusia membuat keputusan untuk tidak menaati kehendak Allah. Manusia mempraktekkan kehendak bebasnya, mengikuti kehendak-sendiri, dan manusia jatuh dalam dosa. Dengan demikian dosa ada dalam kehendak-sendiri manusia.
c. Pencobaan dalam hubungan dengan hukum. Pencobaan pada manusia menyangkut serangan pada hukum Allah. Larangan yang diberikan Allah pada manusia di Kejadian 2:17 merupakan hukum Allah. Iblis harus menyerang hukum Allah untuk dapat menaklukkan manusia. Urutan langkah Iblis dalam menaklukkan kepatuhan pada hukum:
(1) Ular mendatangkan keragu-raguan pada pikiran wanita itu mengenai Firman Allah dan hukum Allah. Ia menganggu dengan pertanyaan, “Tentu Allah berfirman,…bukan?” Ini adalah keraguan atas otoritas firman yang dikatakan Tuhan. Inilah awal ketidakpercayaan.
(2) Perempuan itu menambah Firman dengan mengatakan bahwa mereka tidak boleh menjamah pohon itu.
(3) Perempuan itu juga memalsukan Firman. Bila dibandingkan Kejadian 3:3 dengan 2:17, perempuan itu telah menambah “nanti”.
(4) Ular itu berdusta dengan mengatakan, “Sekali-kali kamu tidak akan mati.”
(5) Ular itu memfitnah Firman dengan menyerang maksud Allah, dengan mengatakan bahwa Allah menyembunyikan dari mereka hak untuk menjadi seperti Allah, yang mengetahui yang baik dan yang jahat.
(6) Perempuan itu tertipu dan percaya omongan Iblis ganti Firman Allah, dan jatuh dari iman kepada ketidakpercayaan.
Manusia melanggar hukum Allah. “Dosa ialah pelanggaran hukum Allah.” (1 Yohanes 3:4). Dengan melanggar satu hukum Allah maka semua hukum dilanggar. “Sebab barangsiapa menuruti seluruh hukum itu, tetapi mengabaikan satu bagian dari padanya, ia bersalah terhadap seluruhnya.” (Yakobus 2:10).
Dengan demikian pencobaan Iblis pada manusia adalah pencobaan pada tubuh, jiwa dan roh manusia, pencobaan dalam keinginan, kesombongan dan kehendak diri, dan pencobaan dalam hal pelanggaran hukum Allah.
3. Kejatuhan manusia dan akibatnya.
Dosa Adam adalah pilihan bebas, suatu tindakan bebas kehendak menentang hukum. “Ini adalah pengkhianatan pada Allah, pemberontakan terbuka pada kebenaran. Kejatuhan itu tidak saja mempengaruhi Adam, tetapi juga semua keturunannya yang belum lahir. Akibat-akibat dari kejatuhan adalah akibat segera dan akibat jangka panjang.
Dosa Adam adalah pilihan bebas, suatu tindakan bebas kehendak menentang hukum. “Ini adalah pengkhianatan pada Allah, pemberontakan terbuka pada kebenaran. Kejatuhan itu tidak saja mempengaruhi Adam, tetapi juga semua keturunannya yang belum lahir. Akibat-akibat dari kejatuhan adalah akibat segera dan akibat jangka panjang.
a. Akibat segera dari kejatuhan.
(1) Kesucian hilang (Kejadian 3:7; 2:25). Mereka tahu bahwa mereka telanjang. Suatu perasaan malu datang pada Adam dan Hawa karena ketidak-patuhan mereka.
(2) Pengetahuan akan yang baik dan yang jahat. Mereka mengetahui yang baik dan yang jahat, dan yang jahat masuk dalam pikiran mereka. Walaupun mengetahui yang baik dan yang jahat, tetapi mereka lebih dapat melakukan yang jahat.
(3) Hukum kata hati bekerja. Pada saat manusia berdosa, hukum kata hati mulai bekerja. Kata hati menghasilkan yang salah.
(4) Hukum pekerjaan. Kata hati yang tertuduh membawa mereka pada usaha, supaya mereka dapat menghadap Allah. Mereka menyemat daun ara untuk menutup badan mereka (Kejadian 3:7).
(5) Takut akan Allah. Dosa dan kata hati yang merasa salah mendorong mereka untuk menyembunyikan diri dari hadirat Allah. Dosa mendatangkan ketakutan. Waktu Allah datang, mereka menyembunyikan diri mereka di antara pohon-pohon (Kejadian 3:8).
(6) Menyalahkan orang lain. Waktu Tuhan datang dan memanggil mereka, Adam dan Hawa bersembunyi. Sebenarnya Allah menunggu pengakuan dosa mereka. Tetapi mereka masing-masing hanya menyalahkan seorang terhadap yang lain. Adam menyalahkan perempuan itu. “Perempuan… dialah yang memberi dari buah pohon itu, maka kumakan.” Perempuan itu menyalahkan ular. “Ular itu yang memperdayakan aku, maka kumakan.” Mereka mau menyeimbangkan rasa salah mereka dengan menyalahkan orang lain (Kejadian 3:9-13).
(7) Sifat-sifat manusia menjadi rusak. Waktu dosa memasuki manusia, menyebabkan kerusakan keseluruhan sifat dasar manusia: roh, jiwa dan tubuh.
a). Roh manusia. Roh manusia, yang adalah lampunya Tuhan (Amsal 20:27) terbuang ke dalam kegelapan dan kehilangan kontaknya dengan Allah.
b) Jiwa manusia. Jiwa dengan kemampuannya yaitu pikiran, kehendak dan perasaan, dipengaruhi. Pikiran menjadi terpusat pada diri, perasaan menjadi tak terkendali dan kehendak dibengkokkan dari kehendak Allah.
c) Tubuh manusia. Tubuh manusia dengan alat-alat inderanya menjadi tunduk pada instink-instink yang salah, penyakit dan kematian.
b. Akibat jangka panjang dari kejatuhan.
(1) Dosa melanda semua manusia. Roma 5:12 menerangkan secara jelas bahwa oleh seorang manusia, dosa memasuki dunia dan semua telah berdosa di dalam Adam. Waktu Adam berdosa, semua manusia berdosa, walaupun mereka masih “di pinggang Adam”. Semua manusia menjadi orang berdosa di dalam Adam, karena Adam adalah sebagai kepala perwakilan seluruh ras manusia (Roma 5:19). Semua keturunan Adam dilahirkan di dalam dosa. Semua dilahirkan dengan sifat dasar yang berdosa dan telah rusak. Itu sebabnya semua perlu dilahirkan kembali.
(2) Kematian melanda semua manusia. Sebagaimana dosa memasuki dunia melalui seorang manusia, demikian pula hukuman dosa yaitu maut. (Kejadian 2:17; Roma 5:12-21; 6:23). Semua manusia telah berdosa dan semua mati “di dalam Adam”, bapa dan wakil ras manusia (1 Korintus 15:21-23; 45-50).
c. Pehukuman Ilahi diumumkan dan dilaksanakan.
(1) Pehukuman atas ular. Ular dihukum dengan kutuk yang tak dapat diperbaiki. Namun di tengah penyampaian keputusan pehukuman, janji kelepasan Mesianik diberikan. Benih perempuan itu akan meremukkan kepala ular itu nanti pada waktunya (Kejadian 3:14,15; Lukas 10:18; Roma 16:20; Wahyu 20:3,10).
(2) Pehukuman atas perempuan. Kesusahan dan kesakitan waktu melahirkan anak, berada di bawah kekuasaan suami, merupakan hukuman yang diberikan kepada perempuan (Kejadian 3:16).
(3) Pehukuman atas laki-laki. Pehukuman yang diberikan kepada manusia ( laki-laki ) adalah bahwa ia harus berpeluh di dalam bekerja untuk mendapat nafkahnya dan kemudian kematian akan menyusul (Kejadian 3:17-19).
(4) Pehukuman atas bumi. Bumi dikutuki dengan semak duri. Bumi bukanlah Eden tetapi menjadi kutuk (Kejadian 3:17,18). Pengaruhnya yaitu hewan menjadi liar, bermusuhan dan memberontak pada kekuasaan manusia.
(5) Pehukuman atas dosa oleh kematian. Roma 6:23 mengatakan, “Upah dosa adalah maut.” Allah berkata kepada Adam, “Pada hari engkau berdosa, engkau pasti akan mati.” Hukuman kematian menyangkut tiga bidang pada manusia:
a) Kematian fisik – perpisahan roh dari tubuh. (Kejadian 2:17).
b) Kematian roh – perpisahan roh dari Allah. Ini berbicara tentang manusia yang mati di dalam pelanggaran dan dosa, yang terkeluar dari persekutuan dengan Allah (Yohanes 5:24; Roma 8:6; Efesus 2:1; Roma 5:12-21).
c) Kematian yang kekal – pemisahan roh dan jiwa dari Allah di kekekalan di laut Api. Ini adalah perpisahan yang kekal dari Allah karena dosa (Matius 5:41; 2 Tesalonika 1:9; Wahyu 20:11-15).
(6) Pehukuman dengan pengusiran dari Eden. Laporan dari Kejadian bahwa Allah menyediakan penutup tubuh manusia dengan adanya kulit dari korban hewan, dan kemudian mengusir manusia keluar dari Eden. Allah menempatkan kerub dengan pedang bernyala-nyala yang menutup semua jalan ke Eden, sehingga menahan manusia dari pohon kehidupan. Pada waktunya nanti Kristus datang dan menangani dosa, dan membuka jalan ke Eden kembali dan memulihkan pohon kehidupan untuk manusia (Wahyu 22:14). “Berbahagialah orang yang menurut perkataan-perkataan nubuat kitab ini. Berbahagialah mereka yang membasuh jubahnya. Mereka akan memperoleh hak atas pohon-pohon kehidupan dan masuk melalui pintu-pintu gerbang ke dalam kota itu.” (Wahyu 22:7,14). Adam kehilangan pohon kehidupan karena ketidak-dengar-dengaran pada perintah. Tetapi ini dipulihkan karena kepatuhan-Nya pada perintah Allah.
[END] @2003-2004.(Dari buku yang diterbitkan oleh Departemen Pendidikan Majelis Pusat GPdI dan diperbanyak oleh Departemen Literatur dan Media Massa).
Be Sociable, Share!

Doktrin Tentang Keselamatan – Soteriologi (1)


A. Perlengkapan Keselamatan.
1. Kasih Karunia. Dalam bahasa Grika, kasih karunia adalah “Charis” yang berarti pemberian yang dilakukan dengan bebas tanpa adanya tuntutan atau harapan pengembalian. Dalam bahasa Latin adalah “gratia” (kata benda), “gratis” (kata sifat). Kasih karunia adalah anugerah yang tak selayaknya diterima, yang tak semestinya dan yang tak sepantasnya dianugerahkan kepada orang berdosa. Anugerah itu tidak seharusnya diterima karena manusia seharusnya mendapat murka Allah (Roma 9:22), tidak sepantasnya diterima karena manusia tak dapat menerimanya dengan bekerja (Efesus 2:1-9; Titus 3:4-7), dan tidak pada tempatnya diterima karena pada manusia tak ada sesuatu yang pantas untuk menerimanya (Roma 2:23-25).
Menurut W.E. Vine bahwa di pihak pemberi, dalam kasih karunia adalah kecenderungan yang bersahabat yang memunculkan tindakan yang baik hati, yang berkemurahan, penuh kasih setia, yang berkemauan baik secara umum. Dalam hal ini ada penekanan pada kebebasan dan universal serta sifatnya yang spontan, seperti misalnya dalam kemurahan penebusan oleh Allah serta kesukaan atau kesenangan yang direncanakan bagi penerima. Oleh sebab itu kasih karunia bertentangan dengan hutang (Roma 4:4,16), dengan pekerjaan (Roma 11:6), dengan Taurat (Yohanes 1:7). Di pihak penerima ada perasaan dikasihi, perasaan berterima kasih (1 Timotius 1:12).
Bila diaplikasikan pada keselamatan, kasih karunia berarti bahwa apa yang dituntut Allah yang kudus dan benar pada kita, telah disediakan olehnya sendiri. Keselamatan orang berdosa adalah pada standar absolut dari kebenaran Allah dan kasih karunia Allah telah mengadakan kebenaran yang dikehendaki dan dituntut olehNya. “Sebab Allah mendamaikan dunia dengan diriNya oleh Kristus dengan tidak memperhitungkan pelanggaran mereka.” (2 Korintus 5:19).
Kasih karunia berasal dari hati Allah Bapa (Roma 1:5,7), mengalir pada kita melalui Tuhan Yesus Kristus (Yohanes 1:17). Orang percaya dibenarkan oleh kasih karunia (Roma 3:24), diselamatkan oleh kasih karunia melalui iman dan bukan oleh pekerjaan (Efesus 1:6,7; 2:5,8). Roh Kudus adalah Roh kasih karunia (Ibrani 10:29) dan orang percaya tidak boleh menggagalkan kasih karunia Allah dalam hidupnya (Galatia 2:21; Ibrani 12:25).
Jadi manusia telah jatuh dalam dosa, tak dapat menyelamatkan diri sendiri. Manusia tak dapat membayar supaya ia selamat. Tetapi Allah telah menyediakan jalan keselamatan yaitu melalui Yesus Kristus, yang telah lahir, mati, dibangkitkan dan telah naik kembali ke Sorga. Pengadaan keselamatan bagi setiap orang yang menerima Yesus Kristus sebagai juruselamat, tanpa membayar harga keselamatan, itulah kasih karunia Allah. “Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman dan bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah.” (Efesus 2:8). Penjelasan atas pemahaman yang keliru tentang kasih karunia.
Ada kalangan yang mengatakan bahwa kasih karunia Allah itu tak dapat dihalang-halangi atau “irresistible grace.” Pandangan ini berkaitan dengan keyakinan pemilihan tak bersyarat. Karena seseorang telah dipilih Allah untuk selamat, bagi dia kasih karunia akan datang, tanpa memperhitungkan responsnya kepada panggilan Allah, Sehingga kasih karunia yang menyelamatkan itu tidak dapat digagalkan oleh siapapun. Pandangan bahwa kasih karunia Allah tak mungkin dihalang-halangi adalah pandangan yang keliru dan perlu dijelaskan kekeliruannya dan kemudian diluruskan.
Kasih karunia Allah adalah Yesus mati untuk menebus manusia. Kristus mati untuk semua manusia (2 Korintus 5:15). Kasih karunia Allah menyelamatkan semua manusia (Titus 2:11). Namun walaupun kasih karunia adalah untuk semua manusia, tetapi tidak semua manusia selamat, karena keselamatan itu bersyarat. Mereka yang menerima Yesus itulah yang selamat (Yohanes 1:12). Yang menerima Yesus sebagai Juruselamatnya, yaitu yang menyambut kasih karunia Allah kepadanya. “Barangsiapa percaya kepadaNya, ia tidak akan dihukum, barangsiapa tidak percaya, ia telah berada dibawah hukuman, sebab ia tidak percaya dalam nama Anak Tunggal Allah.” (Yohanes 3:18). Orang yang tidak percaya, itulah orang yang menolak menerima kasih karunia Allah. Dan orang yang menolak kasih karunia Allah bukan karena ia tidak berhak atas kasih karunia Allah, tetapi karena ia menyia-nyiakan kesempatan untuk selamat. Orang yang tidak percaya itu menghalang-halangi kasih karunia Allah yang datang kepadanya. Dengan demikian terbukti bahwa kasih karunia Allah bukannya tak dapat dihalang-halangi.
Di tempat lain kasih karunia digambarkan sebagai sesuatu yang harus dimasuki. Supaya selamat, maka manusia harus masuk dengan iman kedalam kasih karunia. “Oleh Dia kita juga beroleh jalan masuk kepada kasih karunia ini.” (Roma 5:2a). Kasih karunia harus dihampiri dengan keberanian iman. “Sebab itu marilah kita dengan penuh keberanian menghampiri tahta kasih karunia, supaya kita menerima rahmat dan menemukan kasih karunia untuk mendapat pertolongan kita pada waktunya.” (Ibrani 4:16).
Jadi ajaran bahwa kasih karunia tidak dapat dihalang-halangi adalah keliru. Manusia yang tidak percaya, tidak mau bertobat, menghalang-halangi kasih karunia Allah. Manusia yang tidak percaya menghalang-halangi dirinya untuk masuk dengan iman ke dalam kasih karunia Allah. Ajaran sehat yaitu bahwa manusia selamat karena kasih karunia Allah saja, yaitu keselamatan sudah dikerjakan oleh Yesus Kristus dan tersedia dengan cuma-cuma tanpa membayar. Tetapi untuk berada di dalam keselamatan yang tersedia itu harus masuk dengan iman, “supaya kita, sebagai orang yang dibenarkan oleh kasih karuniaNya, berhak menerima hidup yang kekal, sesuai dengan pengharapan kita.” (Titus 3:7). Setelah berada di dalam keselamatan di dalam kasih karunia, “bertumbuhlah dalam kasih karunia dan pengenalan akan Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus Kristus.” (2 Petrus 3:18).
2. Penebusan.
a. Dalam bahasa Ibrani.
1). Gaal, yang berarti menebus saudara, membebaskan, membeli.
2). Padah, yang berarti membebaskan, memelihara.
3). Paraq, yang berarti mematahkan, melepaskan.
4). Kopher, yang berarti harga penebusan, pemuasan, penebusan
b. Dalam bahasa Grika.
1). Lutroo, yang berarti menebus, membayar tebusan.
2). Exagorazo, yang berarti membeli, menebus.
3). Agorazo, yang berarti pergi membeli, menebus.
4). Lutron, yang berarti harga penebusan, penebusan.
5). Antilutron, yang berarti harga tebusan.
c. Definisi. Penebusan (Inggris : redemption) artinya membeli kembali, membayar harganya di pasar. Tindakan membawa kembali dari perbudakan, ketertawanan atau kematian dengan harga yang ditentukan. Tebusan (Inggris : ransom) adalah harga yang dibayar dalam transaksi penebusan, harga yang dibayar untuk melepaskan hamba atau orang yang terjual.
d. Ilustrasi pada orang Israel.
1). Israel sebagai satu bangsa ditebus dengan darah domba Paskah. Darah itulah yang mengadakan penebusan (Keluaran 8:22, 23; 12:1-28).
2). Orang Israel sewaktu-waktu ditebus dengan perak dan emas yang disebut sebagai uang tebusan (Keluaran 30:11-16; Bilangan 3:44-51).
3). Orang Israel mengalami “penebusan saudara, yang meliputi istri, hamba atau warisan yang terjual (Imamat 25; Rut 4; Yeremia 32:6-15).
Penebusan saudara harus memenuhi tiga kualifikasi, yaitu:
a ). Ia mestinya seorang keluarga dekat.
b ). Ia mestinya mau menebus warisan yang hilang atau terjual.
c ). Ia mestinya mampu membayar harga penuh penebusan.
Ini semua membayangkan Tuhan Yesus Kristus, Penebus saudara kita :
a ). Kristus menjadi saudara Penebus kita karena Ia lahir dari perawan (Ibrani 10:5-8).
b ). Kristus mau menebus manusia dari warisan yang tergadai karena dosa (Ibrani 10:5-8).
c ). Kristus sanggup membayar harga tebusan sepenuhnya (Wahyu 5:9; 14:3,4; Galatia 3:13; Titus 2:14; 1 Petrus 1:18-20; Matius 20:28; Efesus 1:7; Kolose 1:14; Roma 3:24, 25).
4). Orang Israel diberikan wahyu nama penebus yaitu Yehovah (Keluaran 3:14, 15; 6:1-6). Perjanjian Baru menunjukkan bahwa ini digenapi dalam Tuhan Yesus Kristus, Ialah Yehovah Penebus kita.
e. Kristus menebus kita orang berdosa dari pada hamba dari iblis.
1). Ialah Saudara Penebus kita (Wahyu 5:9,10; Roma 3:24).
2). Ia menebus kita dari segala kejahatan (Titus 2:13, 14; Mazmur 130:8).
3). Ia menebus kita dari kutuk hukum Taurat (Galatia 3:13; 4:5).
4). Ia menebus kita dari kerajaan gelap (Kolose 1:13, 14).
5). Ia menebus kita dari yang jahat, dari belenggu (Keluaran 6:6; Ulangan 15:15; Kejadian 48:16; 1 Raja-raja 1:29; 2 Samuel 4:9).
6). Ia menebus kita dari maut dan neraka. Penebusan terakhir nanti untuk tubuh kita (Roma 8;22, 23; Filipi 3:20, 21; 1 Korintus 15:52; Efesus 1:14; 4:30, Ayub 19:25-27; Hosea 13:14; Mazmur 49:15).
7). Ia akan membalas kepada musuh kita dan musuhNya sebagai pembalas darah. Setan akan berada dibawah penghukuman akhir dan Ia sebagai Saudara Penebus akan membalaskan darah orang-orang kudusNya (Mazmur 106:10; 107:2; Yeremia 15:21; Mazmur 136:24; Wahyu 6:9-11; 16:4-7).
Jadi dalam penebusan kita melihat bahwa Kristus telah menyerahkan hidupNya dalam korban penebusan dibawah penghakiman Allah atas dosa dan dengan demikian mengadakan penebusan, dan siapa yang menerima Dia berdasarkan hal ini menerima kelepasan dari hukuman karena dosa. Karya penebusan oleh Kristus selain meliputi masa lampau, juga untuk masa kini dan waktu yang akan datang.
3. Pendamaian
a. Arti Kata
1). Dalam bahasa Ibrani, Kaphar, artinya menutupi, mendamaikan, membersihkan, memperbaiki, berkemurahan, mengampuni. Inggris = atonement.
2). Dalam bahasa Grika, Katallage, artinya mengganti, merestorasi (kepada kehendak Allah, mendamaikan, merekonsiliasi. (Atonement).
3). Dalam bahasa Grika, Hilasmos artinya pendamaian, perdamaian, permufakatan (propitiation).
4) Dalam bahasa Grika, Hilasterion, artinya penghapusan, korban pendamaian (Inggris = propitiation), tutup pendamaian tabut (Mercyseat).
b. Definisi dan Penjelasan
Pendamaian berarti menutupi, menebus, memuaskan, membersihkan, mengampuni, berkemurahan, menentramkan, merekonsiliasi.
Kebenaran Allah berhadapan dengan keberdosaan manusia, menyebabkan murka Ilahi. Murka ini perlu diredakan. Kematian Kristus adalah pemuasan murka itu. Dalam kematian Kristus itulah hukuman atas pelanggaran hukum dilaksanakan, sebab upah dosa adalah maut. Dengan kematian Kristus hukum telah dipuaskan dan kebenaran ditegakkan. Itulah pendamaian.
c. Ilustrasi di Perjanjian Lama
1). Pendamaian Harian
Korban harian yang teratur di Tabernakel yang dipersembahkan sebagai korban pendamaian adalah korban yang menghasilkan penghapusan dosa. Berdasarkan korban-korban inilah Allah menerima orang Israel, baik pribadi maupun sebagai bangsa dan Allah memperkenankan mereka.
Contoh-contohnya adalah sebagai berikut :
a. Harun dan anak-anaknya dikuduskan untuk keimaman dengan jalan korban pendamaian (Keluaran 29:33-45; Imamat 8:34).
b. Mezbah tembaga dipersembahkan korban-korban pendamaian (Keluaran 29:36-37).
c. Musa mengadakan pendamaian untuk dosa Israel karena penyembahan berhala dalam pembuatan anak lembu emas (Keluaran 32:30).
d. Orang Israel didamaikan di dalam korban-korban yang ditentukan (Imamat 1:4; 4:20,26,31,35; 5:6,16,18; 6:7; 7:7; 12:7,8).
e. Harun mengadakan pendamaian untuk dirinya dan bangsa Israel (Imamat 9:7).
f. Orang kusta yang didamaikan sebelum dibawa ke kemah orang Israel (Imamat 14:18-31,53).
2). Hari Pendamaian
Di samping korban pendamaian harian secara teratur dan penumpahan darah, ada juga pendamaian tahunan. Hari ini adalah Hari Pendamaian. Ini adalah hari yang paling hikmat dalam sejarah nasional, dan yang terjadi pada hari ini memberikan kepada kita ilustrasi yang paling kaya mengenai arti yang sebenarnya dari pendamaian. Seluk-beluknya diliput secara penuh di Imamat 16; 23:26-32; Keluaran 30:1-10 dan Bilangan 29:7,14). Pada hari itu saja, Imam Besar mengadakan pendamaian untuk dirinya sendiri, seluruh bangsa dan tempat kudus. Hari ini juga yang ditunjuk sebagai “pemulihan tempat kudus” (Daniel 8:14, 14). Pada hari ini saja, Imam Besar ke dalam tirai, ke dalam Bilik Maha Kudus, dengan memercikkan darah pendamaian yang telah ditumpahkan di mezbah tembaga di atas tutup pendamaian, penutup Tabut Perjanjian.
Sesungguhnya inilah yang merupakan pendamaian. Darah ditutup pendamaian itulah yang merupakan pemuasan, pembersihan, pengampunan, penghapusan, pendamaian, rekonsiliasi. Inilah yang mengungkapkan Allah yang berkemurahan dan yang mengampuni.
d. Ilustrasi di Perjanjian Baru
Perjanjian Baru secara jelas mengungkapkan bahwa Perjanjian Lama membayangkan karya pendamaian Kristus. Penulis Ibrani terutama menangani korban-korban pendamaian dan menekankan upacara Hari Pendamaian. Yesus Kristus adalah imam dan korban yang menggenapi di dalam diriNya upacara Hari Pendamaian.
Ia mempersembahkan korban di salib Kalvari, mezbah korban Perjanjian Baru. TubuhNya dihancurkan dan darahNya ditumpahkan disana. Waktu kenaikanNya, Ia masuk ke dalam tirai Sorgawi dan tempat kudus yang sebenarnya. Disanalah Ia mempersembahkan diriNya dan darahNya di tahta Allah, tabut perjanjian dari Perjanjian Baru. Ia sendiri juga sebagai tutup pendamaian (Ibrani 6:19-20; Matius 27:51; Ibrani 9:1-28; 10:5-22; 13:11-15,20; Wahyu 1:18; 1:5).
Akibat dari karya Pendamaian Kristus :
1. Dosa orang percaya disucikan, bukan hanya ditutupi (1 Yohanes 1:5-7)
2. Orang percaya diterima Allah dalam kebenaran Kristus (2 Korintus 5:19-21)
3. Murka Allah dipuaskan, Ia ditentramkan, hukumNya dipertahankan (Roma 1:18; 2:5; 5:9)
4. Allah berkemurahan, berdamai dengan manusia berdosa (Lukas 18:13; Ibrani 9:5; 1 Yohanes 2:2; 4:10; Roma 3:25)
5. Rekonsiliasi telah terjadi, Allah dan manusia dapat berhadapan (Ibrani 2:17)
6. Orang percaya mempunyai tutup pendamaian yang terpercik darah di tahta Allah, dengan itu ia dapat mendekati Allah (Roma 3:25; Ibrani 4:16)
7. Kristus adalah Imam Besar Agung kita dan hidup dalam kuasa dari kehidupan yang tak berakhir (Ibrani 7:16)
8. Darah Yesus selalu tersedia untuk menyucikan sampai orang percaya dibawa kepada keadaan sempurna tanpa dosa (1 Yohanes 1:5-7; Wahyu 12:11; Ibrani 7:11)
4. Pemilihan oleh Allah
Dengan pemilihan kita maksudkan tindakan yang berkedaulatan dari kasih karunia Allah, yang dengannya Ia memilih di dalam Yesus Kristus untuk menyelamatkan mereka yang Ia tahu sebelumnya akan menerima Dia.
Kata Ibrani, Bawkheer berarti menyeleksi, memilih, orang pilihan (2 Samuel 21:6; Mazmur 89:3; 105:6; Yesaya 42:1, 43:20).
Kata Grika untuk memilih ialah Eklectos berarti terpilih, dipilih oleh Allah (1 Petrus 2:4,9; Wahyu 17:14; Roma 8:33; Kolose 3:12; Titus 1:1). Kata benda, pemilihan adalah Ekloge, yang berarti seleksi, pemilihan, tindakan pemilihan, orang yang terpilih (Roma 9:11; 11:5,7,28; 2 Petrus 1:10; Kisah 9:15).
a. Siapakah orang pilihan ?
1). Kristus adalah pilihan Allah (Lukas 23:35; 1 Petrus 2:4,6; Yesaya 42:1).
2). Malaikat-malaikat adalah pilihan Allah, yaitu malaikat-malaikat yang tidak jatuh bersama setan (1 Timotius 5:21).
3). Israel di Perjanjian Lama adalah bangsa pilihan (Roma 9:4; Yesaya 45:4; Roma 11:28; Ulangan 7:6).
4). Musa dan Harun adalah pilihan Allah (Mazmur 106:23).
5). Imam-imam juga dipilih sebagai pilihan Allah (Ulangan 21:5), namun banyak yang mati dalam dosa mereka.
6). Raja-raja juga dipilih, seperti Daud dan Saul, namun Saul mati di dalam dosanya (Mazmur 13:3; 1 Samuel 16:12; 20:30; 1 Tawarikh 28:5).
7). Nabi-nabi dipilih, namun ada nabi-nabi palsu juga (Yeremia 1:5; Wahyu 2:14).
8). Rasul-rasul dipilih Tuhan (Lukas 6:13; Kisah 9:15; 13:17; Kisah 1:2,24; 24:4; Yohanes 6:71). Tetapi ada juga rasul yang jatuh, seperti Yudas.
9). Gereja sekarang adalah pilihan Allah (Matius 20:16; 22:14; 24:22,31; Markus 13:20,22,27; Lukas 18:7; Yohanes 15:16,19; Roma 8:33; 11:5,7; 1 Korintus 1:27,28; 13:20,22,27; Lukas 18:7; Yohanes 15:16,19; Roma 8:33; 11:5,7; 1 Korintus 1:27,28; Efesus 1:4; Kolose 3:12; 1 Tesalonika 1:4; 2 Timotius 2:10; Titus 1:1; 1 Petrus 1:2; 2:9; 2 Petrus 1:10; Wahyu 17:14).
b. Aspek-aspek pemilihan.
Menurut Firman Allah ada 2 aspek utama pemilihan yaitu :
1). Pemilihan waktu tertentu. Ini adalah pemilihan untuk maksud sementara, bersifat positif atau negatif. Ini menunjukkan pemilihan Allah atas individu atau bangsa untuk menggenapi maksudNya. Contoh : Firaun, Musa, Koresy, Paulus, Israel, Asiria, Babilon.
2). Pemilihan kekekalan. Yang dimaksud adalah pemilihan yaitu meliputi tujuan yang kekal, berdasarkan kasih karunia. Bila berbicara mengenai pemilihan dalam hubungan dengan rencana keselamatan, pemilihan adalah tindakan yang berkedaulatan dari kasih karunia Allah yang dengannya Ia memilih di dalam Yesus Kristus untuk menyelamatkan semua yang Ia tahu sebelumnya akan menerima Dia.
c. Pemilihan dan Pengetahuan sebelumnya .
Pemilihan secara pokok didasarkan pada pengetahuan sebelumnya oleh Allah. Allah memilih mereka yang Ia tahu sebelumnya akan menerima Kristus. Kata Grika untuk “mengetahui sebelumnya” adalah “proginosko” dan berarti mengetahui sebelumnya. Kata Grika untuk “pengetahuan sebelumnya” adalah “prognosis” dan berarti pengetahuan sebelumnya. Kedua kata ini digunakan dalam kaitan dengan pengetahuan Ilahi, yang menunjukkan kemampuan Allah untuk mengetahui secara sempurna waktu yang akan datang. Firman Allah menyatakan bahwa pekerjaan Allah diketahui olehNya sejak permulaan (Kisah 15:18).
1). Kristus diketahui sebelumnya dan ditentukan sebelumnya untuk mati (Kisah 2:33; 1 Petrus 1:20).
2). Israel diketahui sebelumnya sebagai umat Allah di dunia (Roma 11:12).
3). Gereja juga diketahui sebelumnya (Roma 8:29,30; 1 Petrus 1:1,2).
Allah mengetahui sebelumnya siapa yang akan menjawab tawaranNya akan keselamatan di dalam Kristus, dan siapa yang menjawab pada tuduhan oleh Roh Kudus. Kata lain yang berhubungan adalah “melihat sebelumnya”, “memilih sebelumnya” (Inggris: fore or dain) seperti yang digunakan di 1 Petrus 1:20. Jadi karena Allah mengetahui sebelumnya segala sesuatu, karena Ia melihat sebelumnya, oleh sebab itu Ia dapat mengetahui sebelumnya dan menentukan sebelumnya, yang akan dibicarakan di bawah ini.
Menyatakan sebelumnya menunjuk pada nubuat, dan nubuat bukan penentuan sebelumnya (predestinasi) tetapi pengetahuan sebelumnya. Karena Allah mengetahui sebelumnya dan melihat sebelumnya, Ia juga mengatakan sebelumnya melalui nabi-nabi apa yang akan terjadi. Jadi, pemilihan didasarkan pada pengetahuan sebelumnya.
d. Syarat untuk pemilihan
Ada kalangan tertentu yang menyatakan bahwa dalam pemilihan oleh Allah tak ada syarat yang dipenuhi (Inggris : unconditional election). Pendapat ini sebenarnya keliru. Allah memilih dari kekekalan siapa-siapa yang akan menerima Yesus Kristus sebagai Juruselamatnya. Menerima Yesus sebagai Juruselamat, yaitu beriman dan bertobat, itulah syarat yang akan terpenuhi, dan syarat yang terpenuhi itulah yang menyebabkan Allah memilih orang-orang tertentu untuk diselamatkan. Orang-orang tertentu yang terpilih sejak di kekekalan akan menjadi anak-anak Allah, karena mereka memenuhi syarat yaitu nanti akan menerima Yesus Kristus sebagai Juruselamatnya.
Realisasi dari pengetahuan sebelumnya (foreknow; proginosko) oleh Allah kepada seseorang terjadi setelah ia percaya dan bertobat, dan sesudah itulah ia benar-benar menjadi orang pilihan. Apa yang di kekekalan masih merupakan pengetahuan sebelumnya atau pemilihan sebelumnya oleh Allah, terealisasi kepada seseorang saat ia percaya dan bertobat dan dimeteraikan Roh Kudus menjadi anak Allah. Baru saat itulah ia benar-benar menjadi orang pilihan, yaitu saat ia memenuhi syarat yaitu percaya dan bertobat. Jadi ajaran bahwa pemilihan itu tanpa syarat adalah keliru dan tidak Alkitabiah.
5. Penentuan sebelumnya oleh Allah
Kata bahasa Inggris “predestinate” artinya menentukan sebelumnya, bahasa Grika – Proorizo yang artinya menandai sebelumnya suatu garis batas, menentukan sebelumnya, memutuskan sebelumnya. Bila dibandingkan dengan pengetahuan sebelumnya, predestinasi digunakan untuk penentuan sebelum sesuatu terjadi, dan bersama dengan itu ada pengertian, ada kuasa untuk menjadikan penentuan sebelumnya itu terjadi. Jadi ini adalah tindakan kehendak yang hanya dapat disifatkan kepada Allah sendiri. Kita dapat mengatakan bahwa pengetahuan sebelumnya adalah mengenai pengetahuan sebelumnya bahwa hal-hal tertentu akan terjadi, sedang predestinasi adalah pengaturan dan penentuan sebelumnya bagaimana hal-hal tertentu akan terjadi. Pengetahuan sebelumnya mendahului penentuan sebelumnya (predestinasi). Pengetahuan sebelumnya bukan berasal dari pemilihan atau predestinasi. Pemilihan dan predestinasi didasarkan pada pengetahuan sebelumnya dari Allah.
Walau pemilihan dan predestinasi berjalan bergandengan, tetapi pembedaan mengenai keduanya perlu ditekankan. Pemilihan berarti Allah telah memilih untuk menyelamatkan mereka yang Ia tahu, sebelumnya akan menerima AnakNya. Predestinasi berarti bahwa Allah telah menetapkan sebelumnya bahwa mereka yang akan menerima Yesus akan menjadi anak-anak Allah. Jadi, predestinasi dapat dilihat sebagai : menjadikan pemilihan Allah itu terjadi sementara pemilihan menoleh ke pengetahuan sebelumnya, predestinasi melihat ke depan kepada nasib, namun keduanya didasarkan pada pengetahuan sebelumnya oleh Allah dan sama sekali tidak memperkosa pilihan manusia berdasarkan kehendak bebasnya. Penjelasan atas ayat-ayat yang berbicara tentang “predestinasi” :
a. Roma 8:29,30
Allah mempredestinasikan (menentukan sebelumnya) bahwa orang-orang yang Ia tahu sebelumnya (Inggris : foreknew) akan menerima Yesus dan percaya kepada-Nya (Yohanes 1:12) akan menjadi sama dengan gambaran AnakNya, dengan kata lain mereka ditentukan menjadi anak-anak Allah. Tetapi penentuan ini bukan untuk sekali selamat tetap selamat, seperti yang diajarkan kalangan tertentu. Penentuan atas predestinasi itu berupa penentuan bahwa mereka yang akan menerima Yesus Kristus nanti, selamat.
b. Efesus 1:5
Dalam kasih Allah telah mempredestinasikan kita (orang-orang percaya) oleh Yesus Kristus (through Jesus Christ – melalui Yesus Kristus – RSV) untuk menjadikan anak-anakNya, dan ini sesuai dengan kerelaan kehendakNya. Jadi dalam perlengkapan keselamatan, Allah telah menyediakan keselamatan di dalam Yesus Kristus, dan orang-orang yang telah diketahui sebelumnya (ayat 4) akan masuk Kerajaan Allah melalui Yesus Kristus, mereka itulah yang telah dipredestinasikan menjadi anak-anak Allah. Disini terjawab bahwa predestinasi itu terjamin adil dan benar, karena Allah melakukannya di dalam kasih, dan bahwa predestinasi itu bersyarat, yaitu hanya bagi mereka yang melalui Yesus Kristus (dengan kata lain yang percaya dan bertobat).
6. Panggilan
a. Arti kata dari bahasa Grika
1). Kaleo, artinya memanggil ke dalam kehadiran seseorang, mengundang, memanggil nama.
2). Kletos, artinya terpanggil, terundang.
3). Klesis, artinya memanggil pada, undangan.
4). Proskaleo, artinya memanggil kepada seseorang, mengundang.
b. Definisi
Panggilan adalah tindakan kasih karunia yang dengannya Ia mengundang manusia untuk menerima dengan iman keselamatan yang disediakan di dalam Kristus.
c. Yang terlibat dalam panggilan.
Siapa yang dipanggil ? Ia memanggil “barangsiapa”, Ia memanggil semua manusia kepadaNya (Matius 11:28; Yohanes 3:15,16; Roma 8:30; Wahyu 22:17; Yesaya 45:22; Matius 28:19,20; Markus 16:15; 1 Timotius 2:4; 2 Petrus 3:9; Matius 22:9). Allah mau menyelamatkan semua manusia.
d. Mengapa Allah memanggil ?
Ia memanggil supaya manusia dapat datang kepada pengetahuan mengenai Dia dengan jalan bertobat dan beriman di dalam AnakNya (Matius 3:2; 4:17; Markus 1:15; Kisah 2:38; 17:30; 2 Petrus 3:9; Yohanes 6:29; Kisah 16:31; 19:4; Roma 10:9,10; Yohanes 3:23).
e. Bagaimana Allah memanggil ?
Allah menggunakan berbagai alat untuk memanggil manusia kepadaNya.
1). Ia menggunakan Firman Injil (Roma 10:17; 2 Tesalonika 2:14).
2). Ia menggunakan pelayanan Roh Kudus untuk menuduh dan meyakinkan tentang kebenaran, dosa dan penghukuman (Yohanes 16:7-11; Kejadian 6:3; Ibrani 3:7-9).
3). Ia menggunakan pelayanan Injil dan orang-orang kudusNya juga (2 Tawarikh 36:15; Yeremia 25:4; Roma 10:14,15).
4). Ia menggunakan bagianNya dalam takdir Ilahi memanggil manusia kepadaNya (Roma 2:4; Yeremia 2:3; Yesaya 26:9; Mazmur 107:6).
f. Penjelasan
Sementara pemilihan oleh Allah terjadi di kekekalan, dengan berdasarkan pengetahuan sebelumnya dari Allah, panggilanNya sekarang menggema sepanjang abad dari waktu ke waktu dan akan terus menerus menggema sampai masa pertobatan manusia berakhir (Wahyu 2:21).
B. Penerapan – Tanggungjawab Manusia.
Apa yang telah disediakan Allah di dalam Kristus, harus diterima manusia dan diterapkan. Kedaulatan Ilahi dan tanggungjawab manusia harus bertemu bersama-sama di dalam rencana penebusan yang agung itu.
1. Pertobatan
a. Pentingnya pertobatan
1. Nabi-nabi Perjanjian Lama mengkhotbahkan pertobatan kepada bangsa Israel (Yehezkiel 14:6; 18:30-32; Yeremia 8:4-6; Matius 12:41).
2. Berita dan perkataan pertama dari Yohanes adalah panggilan kepada pertobatan, baptisannya adalah baptisan kepada pertobatan (Matius 3:1-8; Kisah 19:4).
3. Kata pertama yang diajarkan Kristus adalah pertobatan (Matius 4:17; 9:13; 11:20-24; 12:41).
4. Rasul-rasul memanggil manusia kepada pertobatan (Markus 6:7-13).
5. Berita pertama dari Petrus pada hari Pantekosta adalah panggilan kepada pertobatan (Kisah 2:37, 38; Lukas 24:49; Kisah 3:19).
6. Paulus juga mengkhotbahkan pertobatan kepada orang Yahudi dan kafir (Kisah 26:20, 21).
7. Prinsip pertama dari doktrin-doktrin yang dicatat adalah pertobatan (Ibrani 6:1,2).
8. Sebelum Kristus naik, Ia mengatakan kepada murid-muridNya untuk mengkhotbahkan pertobatan kepada semua bangsa, mulai dari Yerusalem (Lukas 24:49).
9. Pertobatan adalah perintah kepada semua manusia, tanpa itu manusia akan binasa (Kisah 17:30; 2 Petrus 3:9; Lukas 13:3).
b. Arti kata pertobatan
1. Pertobatan dalam bahasa Ibrani.
a. Shuwb, Artinya berbelok dan kembali.
b. Nacham, Artinya aslinya adalah bernafas dengan kuat, mengeluh. Dari situ berarti menyesal dan bertobat.
2. Pertobatan dalam bahasa Grika
a. Metanoeo. Artinya berfikir lain, mempertimbangkan lagi, menyesal, bertobat. (Matius 3:2; 4:17; 11:20, 21; 12:41; Lukas 15:7, 10; Kisah 2:38; 3:19; Wahyu 2:5, 16, 21, 22; 19:20).
b. Metamelomai. Artinya memperhatikan sesudahnya, menyesal, bertobat (Matius 21:29, 32; 27:3; 2 Korintus 7:8; Ibrani 7:21).
c. Metanoia. Atinya mengubah keputusan, pertobatan (Matius 3:8, 11; 9:13; Markus 1:4; 2:17; Kisah 5:31; 11:18; 19:4; 20:21; 26:20; Ibrani 12:17; 2 Petrus 3:9).
c. Pengertian dan definisi pertobatan. Pertobatan mempunyai pengertian perubahan pikiran, mempertimbangkan kembali, memperhatikan kemudian, menyesal dan mengganti suatu keputusan.
Arti dasarnya adalah perubahan pikiran, hati dan sikap dan diterapkan terutama terhadap dosa serta hubungan seseorang dengan Allah. Pertobatan adalah pembalikan haluan yang sempurna. Pertobatan adalah perubahan arah yaitu dari menjauhi Allah kepada mendekati Allah.
Pertobatan adalah perubahan pikiran, kecenderungan yang tulus dan yang sepenuhnya dalam hal dosa, yang meliputi rasa salah pribadi dan keadaan tak berdaya, pengertian akan kemurahan Allah, keinginannya yang kuat untuk menyelamatkan diri atau diselamatkan dari dosa dan dengan sukarela meninggalkannya.
Rasa susah dan sedih serta rasa bersalah yang mendalam karena dosa termasuk dalam ide Alkitab tentang pertobatan, dan ini mengikuti sebagai perubahan pikiran orang berdosa atas dosanya.
d. Pertobatan meliputi tiga elemen kejiwaan
1. Elemen Intelek
Sebelum kejatuhan, pikiran dan hati manusia adalah kepada Allah. Kejatuhan membawa kepada pikiran pemberontakan kepada Allah, pikiran sesuai keinginannya. Pertobatan yang dibawa oleh Roh Kudus adalah perubahan pikiran yaitu berbalik dan tertuju kepada Allah. Pertobatan adalah pengenalan akan kebenaran Injil dan bukan hanya sekedar menyetujui seperangkat fakta historis dan doktrin tentang Kristus (Roma 10:17; Ibrani 11:1).
Pertobatan adalah pengetahuan bahwa seseorang berada pada jalan yang salah, menjauh dari Allah, dan dengan pengetahuan ini dibawa oleh pelayanan Roh Kudus dan Firman. Pertobatan adalah perubahan pikiran tentang Allah, dosa dan diri. Elemen Intelek dalam pertobatan berhubungan dengan pengetahuan tentang dosa bahwa manusia merasa bersalah di muka Allah yang benar dan suci dan bahwa ia terhilang terlepas dari kasih karunia yang menyelamatkan (Mazmur 51:3, 7, 11; Lukas 15:17-19; Matius 21:29).
2. Elemen Emosi
Elemen ini berhubungan dengan perubahan perasaan yaitu datangnya perasaan susah yang murni karena dosa yang dibuat melawan Allah. Disini termasuk menangis, mengeluh dan susah hati. Karena jiwa mengetahui betapa jauhnya ia dari Allah, datanglah kesusahan Ilahi. Ini adalah kedukacitaan karena dosa dan bukan karena akibat dari dosa itu (2 Korintus 7:9, 10; Ibrani 12:7; Mazmur 51:1-14; Lukas 10:13; Kejadian 6:6; Mazmur 38:18). Bersama dengan kesusahan juga timbul keinginan untuk diampuni.
3. Elemen Kehendak
Elemen ini meliputi perubahan kehendak dan maksud. Ini adalah berbalik dari dosa, meninggalkan jalan yang salah dan menuju jalan yang benar langsung kepada Allah. Ini adalah menaklukkan kehendak dan kehidupan kepada Kristus dalam penerimaan secara total kuasa penyelamatan-Nya. Contoh adalah anak yang terhilang yang merobah kehendaknya dan kemudian bertindak sesuai perubahan itu (Lukas 15:18-20). Jikalau seseorang menyadari bahwa dirinya berdosa dan hanya menyesali dosa itu tetapi tidak meninggalkan dosa itu, maka itu bukan pertobatan yang sungguh. Dalam pertobatan yang sungguh seseorang harus meninggalkan dosanya (Yesaya 55:7; Amsal 28:13). Ia harus berbalik kepada Allah (1 Tesalonika 1:9; Kisah 26:18).
e. Buah Pertobatan
Bukti dari pertobatan yang benar adalah buah pertobatan. Karya berbicara tentang tindakan yang kelihatan dari kehidupan di dalam. Bukti dari pertobatan yang benar adalah pekerjaan yang sesuai dengan pertobatan, diantaranya berupa :
1). Perasaan susah yang Ilahi karena dosa (Matius 27:75).
2). Pengakuan dosa (Mazmur 32:5; 1 Yohanes 1:9; Yakobus 5:16).
3). Berpaling kepada Allah melalui Kristus (Ibrani 6:1,2; 1 Tesalonika 1:9; Kisah 26:18).
4). Meninggalkan dosa (Matius 3:8-10; Mazmur 119:58-60; Yesaya 53:6; Amsal 28:13; Yesaya 55:6,7; Yehezkiel 18:20-32).
5). Berpaling dari perbuatan yang membawa kepada kematian untuk mencapai keselamatan (Ibrani 9:14).
6). Membenci dosa (Yehezkiel 6:9-19).
7). Kerinduan pada pengampunan (Mazmur 25:11; 51:1; Lukas 18:13).
8). Membayar kembali, dimana mungkin (Lukas 19:8; 18:13).
f. Bagaimana pertobatan dihasilkan
Pertobatan mempunyai segi Ilahi dan segi manusia. Keduanya bekerja bersama-sama untuk menghasilkan tujuan yang diinginkan. Pertobatan dihasilkan oleh :
1). Di pihak Allah
a. Karena tuduhan oleh Roh Kudus (Yohanes 16:8-11).
b. Karena Firman dari Injil (Matius 12:41; Lukas 24:47; Kisah 2:37, 38; 2 Timotius 2:24, 25).
c. Karena karunia Allah di hati (Kisah 5:30, 31; 11:18; 2 Timotius 2:25).
d. Karena kebaikan Allah yang ditakdirkan (Roma 2:4; 2 Petrus 1:9).
e. Karena penghukuman Tuhan (Wahyu 3:19; Ibrani 12:10-12; 2 Timotius 2:24, 25).
2). Di pihak manusia
a. Karena penerimaan kebenaran Injil (Roma 10:7). Ini menyangkut intelek.
b. Karena adanya respons jiwa yang susah (Mazmur 13:18). Emosi.
c. Karena menyerahnya kehendak (Matius 16:24). Kehendak.
Jadi perlu tetap dipertahankan bahwa Allah itulah yang mengambil prakarsa di dalam pertobatan. Pertobatan bukan berasal dari manusia. Tidak ada prakarsa dari manusia untuk bertobat. Pertobatan adalah kasih karunia Allah, yang oleh Roh Kudus menyalahkan manusia dan membawa ia kepada pertobatan. Bagian manusia adalah memberi respons kepada tuduhan itu. Allah memerintahkan manusia untuk bertobat (Kisah 17:30. Bila Ia memerintahkan, Ia juga yang menyanggupkan manusia untuk memberi respons.
2. Iman Kepada Allah
Kata kedua dari Injil adalah percaya (Markus 1:15; Kisah 20:21). Prinsip-prinsip doktrin Kristus adalah “pertobatan dari perbuatan yang sia-sia” dan kemudian “iman kepada Allah” Ibrani 6:1, 2). Di dalam pertobatan seseorang berbalik dari dosa, sedang di dalam iman ia berbalik kembali kepada Tuhan. Keduanya seperti dua sisi dari satu mata uang: keduanya dimiliki satu terhadap yang lain di dalam satu perpalingan Alkitabiah.
a. Pentingnya iman kepada Allah
Penulis kepada Ibrani menyatakan kepada kita pentingnya iman secara mutlak waktu ia mengatakan “Tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah. Sebab barangsiapa berpaling kepada Allah, ia harus percaya bahwa Allah ada . . .” (Ibrani 11:6). Inilah permulaan iman. Iman harus mulai dari fakta bahwa Allah ada, dan bahwa Ia memberi pahala pada mereka yang dengan rajin mencari Dia. Tak ada yang dapat diketahui atau yang diterima dari Allah bila manusia tidak mula-mula percaya bahwa Allah ada.
b. Apakah iman itu
Kata Grika “Pistis” yang diterjemahkan “iman” secara sederhana berarti mempercayai, jaminan, kepercayaan kepada orang lain atau perkataan orang lain. Beriman kepada Allah secara sederhana adalah mempercayai Allah, mempercayai FirmanNya dan mempunyai kepercayaan kepadaNya bahwa FirmanNya benar dan bahwa Ia akan menepatinya. Ini berarti mempercayai sepenuhnya dan bersandar kepada Allah dan FirmanNya. Pemikiran Grika untuk “mempercayai” berarti kepercayaan dan penyerahan seseorang sepenuhnya kepada Allah, Kristus dan FirmanNya, mempercayai Dia untuk semua, memegang dan menaati FirmanNya (Kisah 16:31).
1). Dari Ibrani 11:1 ternyata bahwa iman adalah dasar yang menguatkan kehidupan orang percaya. Inilah jaminan dan keyakinan yang kita miliki terhadap Firman Allah. Inilah bukti dan keyakinan batin dari realitas hal-hal yang tidak dilihat namun kekal.
2). Iman adalah rohani.
Sama seperti secara alamiah ada lima alat indera, demikian pula ada padanan rohani dari indera-indera. Indera rohani ini harus dilatih. Perhatian pada ayat-ayat Firman Allah menunjukkan bagaimana indera-indera rohani ini (Mazmur 34:8); Kisah 17:27, 28; Mazmur 45:8; Wahyu 2:11). Iman adalah indera rohani. Ini menyentuh dan mencapai hal-hal dibalik indera alamiah yang tak dapat dijangkau oleh indera alamiah.
3). Iman kepada Allah melalui Kristus.
Kitab Suci menunjukkan bahwa iman adalah kepada Allah melalui Kristus (Kisah 26:20,21). Didalam “iman kepada Allah” manusia terbuang sepenuhnya kepada Allah, terhadap siapa Ia dan apa yang telah Ia lakukan di dalam Kristus.
c. Sumber dari iman yang benar.
Hanya ada satu sumber dari iman yang benar yaitu Firman Allah. Bila iman tidak dibangun di atas Firman, tidak akan dapat bertahan terhadap topan dan pencobaan-pencobaan hidup. Ayat kunci atas fakta ini adalah Roma 10:17 “Jadi iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh Firman (Grika: Rhema) Allah”. Untuk mendengar dengan sebenarnya Firman adalah mendengarkan Tuhan Yesus Kristus berbicara kepada hati dan Roh Firman yang hidup adalah Kristus dari Allah. Ialah penulis dan penyelesai iman kita (Ibrani 12:1,2). Sumber iman yang benar adalah Kristus, Firman yang hidup dan Alkitab Firman tertulis. Firman yang tertulis harus menjadi Firman yang dihidupkan untuk menciptakan iman yang sebenarnya.
d. Iman meliputi tiga unsur kejiwaan manusia
1). Unsur Intelek
Tidak mungkin mempunyai iman tanpa pengetahuan. Tetapi iman bukan hanya pengetahuan tentang Allah, tentang Kristus, keselamatan dan penebusan. Iman bukan hanya persetujuan mental, namun iman meliputi unsur intelek dan pengetahuan (Yakobus 2:19; Ibrani 11:6; Roma 10:17; Mazmur 9:10).
2). Unsur Emosi
Ini adalah respons hati pada kebenaran Injil. Iman meliputi perasaan. Penurutan Allah adalah fakta, iman intelek dan iman perasaan, namun tidak pernah tanpa perasaan. Iman itu secara kokoh didasarkan pada fakta dari Injil, tetapi iman diikuti perasaan (Mazmur 106:12, 13; Matius 13:20, 21).
3). Unsur Kehendak
Injil membawa penerangan pada pengertian. Ini menciptakan iman dan kemudian di dalam hati menggerakkan kemauan untuk bertindak. Unsur kehendak di dalam iman erat hubungannya dengan pertobatan dimana hati dan kemauan menyerah kepada Tuhan. Ada tindakan yang dilakukan, dimana seseorang menyerahkan dirinya kepada Tuhan Yesus Kristus untuk keselamatannya.
Sebagaimana dalam pertobatan, demikian pula di dalam iman ada aspek Ilahi dan aspek manusiawi. Iman adalah anugerah Allah kepada seseorang yang bertobat, dan orang yang bertobat itu memberi respons pada kasih karunia Allah (Yeremia 31:18; Kisah 3:26; 3:19; 11:18; Yehezkiel 33:11; Lukas 22:32: Efesus 2:5-8).
e. Aspek-aspek iman
Perjanjian Baru menunjukkan bahwa ada berbagai aspek iman, dan bahwa orang percaya maju “dari iman kepada iman” sampai tiba pada kepenuhan dari Anak Allah (Roma 1:17). Aspek-aspek iman adalah :
1). Iman yang menyelamatkan
Iman yang menyelamatkan adalah anugerah Allah kepada orang berdosa yang bertobat sehingga ia dapat diselamatkan (Efesus 2:8). Ini berarti memandang kepada Kristus sepenuhnya untuk keselamatan. Disini pribadi itu mempercayai Kristus dan FirmanNya untuk keselamatan (Ibrani 11:31-35). Contoh hal ini dapat dilihat di Ibrani 11:4; Lukas 7:50; Kisah 16:31.
2). Buah Iman
Aspek iman ini dikatakan sebagai buah Roh. Ini lebih banyak sebagai iman yang aktif. Ini adalah iman dengan kepatuhan. Iman aktif menaati Firman karena Allah yang mengatakannya (Ibrani 11:8-10), 17-19, 28, 30, 31; Lukas 5:4-6; Galatia 5:22, 23).
3). Karunia Iman
Aspek iman ini dikatakan sebagai karunia Roh (1 Korintus 12:1-13). Ini tercatat diantara sembilan karunia Roh dan karunia iman adalah secara adikodrati untuk hal-hal ajaib. Hal ini meliputi juga untuk mengatakan Firman. Hal ini diberikan kepada tubuh Kristus sebagaimana yang dikehendaki Allah. Ini tak boleh dikacaukan dengan aspek-aspek lain iman itu (Ibrani 11:29; Bilangan 20:8; Yosua 10:12-14; 1 Raja-raja 17:1, 14; Matius 17:20, 21; Markus 11:12-14; 22-26).
4). Iman Doktrin
Aspek iman ini beberapa kali hanya disebut “iman”. Aspek ini lebih banyak menunjuk terutama kepada wahyu Allah dalam iman. Inilah Firman Iman, Firman Injil. Ini menunjuk kepada jumlah keseluruhan wahyu Allah di dalam Alkitab, jadi berarti keseluruhan doktrin Alkitabiah. Ini adalah “iman” yang dahulu telah diberikan kepada orang-orang kudus, yang untuk itu kita harus bertanding (Yudas 1:3; Efesus 4:5, 11; 1 Timotius 6:10; 2 Timotius 2:18; 3:8; 1 Timotius 4:1; Kisah 14:22; 6:7; Kolose 1:23; 2:7).
5). Iman yang sempurna
Iman yang sempurna dikatakan sebagai “roh iman” ( 2 Korintus 4:3; Mazmur 116:10; Yakobus 2:22). Aspek iman ini akan dinyatakan bila orang kudus telah disempurnakan, bila setiap keraguan dan ketidakpercayaan akan disingkirkan dari hati. Pada waktu itulah Firman akan menjadi daging di dalam orang percaya dan tidak ada ketidakpercayaan lagi, karena semuanya akan tiba pada iman yang sempurna.
f. Tingkat-tingkat Iman
Waktu orang bertobat menerima Kristus sebagai Juruselamatnya dan ia menerima iman yang menyelamatkan, kemudian ia harus bergerak kedalam kehidupan iman (Habakuk 2:4).
Alkitab menunjukkan bahwa ada tingkat-tingkat atau ukuran iman. Adalah kehendak Allah bahwa semua bergerak maju di dalam kehidupan iman dan sesungguhnya berjalan dari iman kepada iman. Hal ini hanya dapat ada bila seseorang mempertahankan kehidupan iman dalam hubungan pribadi dengan Kristus dan FirmanNya, sumber dari iman yang terus menerus. Kita mencatat ukuran-ukuran iman yang disebut dalam Firman Allah.
1). Tidak ada iman (Ulangan 32:30; Markus 4:42).
2). Iman kecil (Matius 8:26; 14:31).
3). Iman lemah (Roma 14:1).
4). Iman yang mati (Yakobus 2:17).
5). Iman yang sia-sia (1 Korintus 15:14).
6). Iman yang benar (Lukas 7:9).
7). Kepenuhan iman (Kisah 11:24).
8). Iman yang teguh (Kolose 2:5).
9). Iman yang kaya (Yakobus 2:5).
10). Iman yang tulus ikhlas (1 Timotius 1:5)
11). Iman yang kuat (Roma 4:19, 20).
12). Ukuran atau proporsi iman (Roma 12:3-6; 1:17).
Iman seperti pertobatan, adalah sesuatu yang harus dipertahankan melalui perjalanan orang percaya, waktu Allah memimpin dan membimbing dalam jalan kebenaran. Roh Kudus akan tetap memberi terang. Waktu kita berjalan di terang, kita harus mempertahankan pertobatan dan iman. Iman jangan dilihat sebagai karya, tetapi sebagai saluran yang dengannya orang percaya menerima dari Allah semua yang diperlukan.
Keselamatan, penyucian, kemenangan dan kehidupan rohani semua datang pada orang percaya melalui saluran iman.
Yesus adalah penulis dan penyelesai iman orang-orang percaya. Semua orang kudus harus tetap “memandang kepada Yesus” sampai pertandingan selesai (Ibrani 12:1,2).
3. Kejadian Semula
a. Arti kejadian semula
Dalam kejadian semula seseorang dilahirkan kedalam keluarga Allah. Ia dilahirkan baru dari atas. Ia menerima sifat baru, kehidupan yang baru dan ditempatkan dalam keluarga Allah. Bahasa Grika “Palingenesia” untuk kelahiran baru (Palin artinya kembali, Genesis artinya kelahiran), digunakan tentang kelahiran secara rohani (Titus 3:5) meliputi komunikasi kelahiran baru. Kekuatan yang beroperasi dalam kejadian semula adalah Firman Allah (Yakobus 1:18; 1 Petrus 1:23) dan Roh Kudus (Yohanes 3:5,6). Menurut The Zondervan Topical Bible kejadian semula adalah perubahan yang terjadi di dalam hati manusia oleh Roh Kudus dimana keadaan berdosanya yang telah menjadi sifatnya diubahkan sehingga ia dapat memberi respons kepada Allah di dalam iman dan hidup sesuai dengan kehendakNya. Ini meluas pada keseluruhan sifat dasar manusia, mengganti kecenderungannya yang menguasai, menerangi pikirannya, membebaskan kehendaknya dan membarui sifat dasarnya.
Istilah kejadian semula dan kelahiran baru tidak menggambarkan fase yang berurutan dalam pengalaman rohani, tetapi menunjuk pada peristiwa yang sama yang memandangnya dalam aspek yang berbeda. Kelahiran baru menekankan pada komunikasi kehidupan rohani yang bertentangan dengan kematian rohani sebelumnya, sementara kejadian semula menekankan pada permulaan keadaan hal-hal yang baru yang berbeda dengan yang lama. Dari segi Ilahi perubahan hati itu disebut kejadian semula atau kelahiran baru, dari segi manusia disebutkan perpalingan (conversion). Dalam kejadian semula jiwa itu dianggap pasif, dalam perpalingan jiwa itu aktif. Kejadian semula adalah komunikasi dari kehidupan Ilahi pada jiwa (Yohanes 3:5; 10:10, 28; 1 Yohanes 5:11, 12), mengambil bagian dalam kodrat Ilahi (2 Petrus 1:4), hati yang baru (2 Korintus 5:17; Efesus 2:10; 4:24). Kejadian semula meliputi segenap jiwa, tetapi itu adalah perubahan di dalam kecenderungan yang batiniah, prinsip-prinsip, rasa atau kebiasaan yang mendasari semua aktivitas yang sadar, dan yang menentukan karakter manusia dan semua tindakannya.
b. Perlunya kejadian semula
Alkitab berulang kali menyatakan bahwa manusia harus dijadikan semula sebelum ia dapat melihat Allah. Hal itu ditegaskan karena kesucian merupakan syarat yang harus ada untuk diterima dalam persekutuan dengan Allah. Tetapi semua manusia secara alamiah telah rusak dan bila ada kesadaran moral, ia merasa bersalah karena pelanggarannya. Oleh sebab itu manusia tidak dapat bersekutu dengan Allah. Perubahan moral dalam manusia dapat diadakan hanya dengan tindakan dari Roh Kudus. Roh yang menjadikan semula hati serta mengkomunikasikan kepada hati kehidupan dan kodrat Allah. Alkitab menggambarkan pengalaman ini sebagai kelahiran baru dan karena kelahiran baru itu manusia menjadi anak Allah (Yohanes 1:12; 3:3,5; 1 Yohanes 3:1). Hanya kelahiran baru yang dapat menghasilkan kodrat yang suci dalam orang berdosa yang memungkinkan persekutuan dengan Allah. Dengan kejadian semula orang berdosa menjadi anak Allah dan dengan demikian diperkenalkan dalam keluarga Ilahi.
c. Alat kejadian semula
1) Kehendak Allah
Kita dilahirkan semula dengan kehendak Allah (Yohanes 1:13). “Atas kehendakNya sendiri Ia telah menjadikan kita oleh Firman kebenaran” (Yakobus 1:18).
2). Kematian dan Kebangkitan Kristus
Kelahiran baru syaratnya di dalam Kristus yang disalibkan (Yohanes 3:14-16) dan kebangkitanNya (1 Petrus 1:3).
3). Firman Allah
Dalam Yakobus 1:18 dan 1 Petrus 1:23 dikatakan bahwa Firman Allah menjadikan baru.
4). Pelayanan Firman
Ini dinyatakan dalam 1 Korintus 4:15. Namun sumbangannya hanyalah dalam pengungkapan kebenaran dan ajakan mengambil keputusan untuk Kristus.
5). Roh Kudus
Roh Kudus adalah agen yang sebenarnya dalam kejadian semula (Yohanes 3:5,6; Titus 3:5).
d. Akibat dari kejadian semula
Alkitab mengajarkan bahwa ada akibat yang pasti dari kejadian semula. Akitbat itu adalah sedemikian rupa, sehingga sekaligus merupakan test apakah seseorang telah jadi semula atau belum.
1). Yang jadi semula memenangkan pencobaan (1 Yohanes 3:9; 5:4,18).
2). Sikapnya menjadi lain. Biasanya ia akan mengasihi saudara-saudara seiman (1 Yohanes 5:1), mengasihi Allah (1 Yohanes 5:2; 4:19), mengasihi Firman Allah (Mazmur 11:97); 1 Petrus 2:2), mengasihi musuhnya (Matius 5:44), mengasihi jiwa-jiwa yang terhilang (2 Korintus 5:14).
3). Ia menyenangi hal-hal yang baik bagi Anak Allah, seperti mengungkapkan kehendak Bapa (1 Korintus 2:10-12), mencukupi kebutuhannya (Matius 7:11) dalam pemeliharaan (1 Yohanes 5:18).
4). Menjadi ahli waris dari Allah (Roma 8:16,17). Ia gemar akan warisan rohani berupa pemeteraian oleh Roh Kudus (Efesus 1:13,14).
e. Keterkaitan kelahiran kembali dengan pertobatan dan iman
Pertobatan dan iman adalah bagian atau tanggung jawab manusia di dalam keselamatan. Kelahiran kembali adalah pekerjaan Allah melalui Roh Kudus di dalam hati manusia. Bila ketiga hal itu terjadi dalam diri seseorang, maka ia diselamatkan, mendapat hidup kekal. Dalam Alkitab hubungan pertobatan, iman dan kelahiran kembali (kehidupan baru, keselamatan), seperti Kisah 11:18; 2 Korintus 7:10; Ibrani 6:6, bertobat dan beriman, seperti dalam Kisah 20:21; Markus 1:15, beriman dan diselamatkan seperti dalam Yohanes 3:16; 5:24; 1:12,13; 2 Timotius 3:15; Markus 16:16; Kisah 16:31; 1 Yohanes 5:13.
Jadi perubahan hidup (conversion) yang terdiri dari pertobatan dan iman, walaupun merupakan anugerah Tuhan tetapi harus dilaksanakan atau dimiliki seseorang, dan dengan perubahan hidup itu menyebabkan Roh Kudus melahirkan semua anak itu menjadi anak Allah.
f. Kelanjutan kejadian semula
Kejadian semula memberi kebaharuan hidup kepada orang percaya. Ini terjadi karena orang percaya menerima Tuhan Yesus Kristus di dalam hidupnya. Persekutuan dengan Kristus di dalam kematian dan kebangkitanNya, orang percaya itu satu kejadian baru, ciptaan baru (2 Korintus 5:17). Menjadi ciptaan baru di dalam Kristus oleh karya Roh Kudus merupakan kunci kehidupan Kristiani. “Sebab bersunat atau tidak bersunat tidak ada artinya, tetapi menjadi ciptaan baru, itulah yang ada artinya” (Galatia 6:15). Tetapi ciptaan baru itu harus dilanjutkan dengan usaha orang yang sudah selamat itu. “Hai saudara-saudaraku yang kekasih, kamu senantiasa taat, karena itu tetaplah kerjakan keselamatanmu dengan takut dan gentar” (Filipi 2:12). Di dalam ketaatan iman harus ada kelangsungan ibadat yaitu persembahan diri kepada Tuhan dan melanjutkan dengan pembaharuan lahiriah karena pembaharuan batiniah. “Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna” (Roma 12:2). Perubahan itu berlangsung terus-menerus sampai mencapai kesempurnaan. (Kolose 3:9,10). Ini memerlukan selalu kesiapan untuk mau bertobat, beriman, setia sampai Tuhan datang kembali.
4. Pembenaran
Menurut arti kamus, pembenaran adalah membuktikan atau menunjukkan sebagai benar, atau sesuai dengan hukum; membuktikan sebagai benar, menyatakan bebas dari salah, menganggap benar, menyatakan sebagai benar, mengumumkan keputusan penerimaan pada seseorang. Secara theologis pembenaran dapat didefinisikan sebagai tindakan Allah yang dengannya Ia menerima sebagai benar orang berdosa yang menyesal, bertobat, dan percaya kepada Yesus Kristus untuk keselamatan.
Dalam bahasa Grika kata benda “Dikaiosis” menyatakan tindakan menyatakan benar, membebaskan. Kata kerja “Dikaioo” berarti mengaganggap sebagai benar. Dalam hal Allah membenarkan manusia, yaitu mereka yang dinyatakan benar di muka Dia karena syarat-syarat tertentu yang diletakkan olehNya terpenuhi.
a. Hakekat Pembenaran
Pembenaran adalah tindakan pernyataan. Pembenaran bukan sesuatu yang diadakan dalam manusia tetapi sesuatu yang dinyatakan mengenai manusia. Pembenaran tidak berhubungan dengan keadaan rohani kita, melainkan dengan hubungan rohani, tidak berhubungan dengan keadaan sebetulnya melainkan dengan keadaan menurut hukum. Pembenaran tidak menyebabkan orang menjadi benar, juga tidak memberi kebenaran, melainkan menyatakan bahwa seseorang benar. Pembenaran adalah pemulihan hubungan manusia dengan Allah. Di dalamnya tercakup hal-hal berikut :
- Pengampunan atau peniadaan hukuman karena dosa.
- Penganugerahan kebenaran.
- Posisi benar di muka Allah.
1) Pengampunan dari hukuman
Dalam bahasa Grika digunakan dua kata untuk pengampunan yaitu “Aphiemi” dan “Charizomai”. Aphiemi berarti mengirimkan, membatalkan atau mengampuni hutang atau dosa (Matius 6:12; 18:21; 9:2; Kisah 8:22). Charizomai berarti melimpahkan kebaikan secara tidak bersyarat, digunakan untuk tindakan pengampunan oleh manusia (Lukas 7:42; 2 Korintus 2:7; 12:13), pengampunan oleh Allah (Efesus 4:32; Kolose 2:13; 3:13).
Hukuman untuk dosa adalah kematian secara rohani, fisik dan kekal. Supaya seseorang diselamatkan, hukuman ini mula-mula harus dihilangkan. Ini terjadi di dalam tubuhNya di salib (Yesaya 53:5,6; 1 Petrus 2:24). Karena Kristus telah menanggung penghukuman dosa manusia, maka Allah menghapuskan itu kepada mereka yang percaya kepada Kristus (Kisah 13:38,39; Roma 8:8, 33, 34; 2 Korintus 5:21). Inilah pengampunan dosa (Roma 4:7; Efesus 1:7; 4:32; Kolose 2:13). Allah mengampuni mereka yang bertobat dan percaya kepada AnakNya.
2). Memperhitungkan kebenaran
Secara theologis ungkapan ini berarti tindakan yang dengannya Allah menganggap atau memperhitungkan kebenaranNya menjadi milik kita. Dalam bahasa Inggris “imputation”, bahasa Grika “Logizomai”, yang berarti memperhitungkan atau memasukkan dalam perhitungan atau mencantumkan pada perhitungan seseorang . Dalam Alkitab ada pasal yang terkenal tentang “imputation” yaitu Roma 4. Orang berdosa tidak hanya diampuni dosa-dosanya waktu lampau, tetapi juga diberikan kebenaran yang positif supaya dapat bersekutu dengan Allah. Hal ini digenapi dengan jalan memperhitungkan kebenaran Kristus kepada orang percaya. Jadi sebagaimana dosa kita diperhitungkan kepada Kristus, demikian pula kebenaran Kristus diperhitungkan kepada kita. Dengan ini Allah tidak melanggar kebenaran atau keadilanNya di dalam menyatakan kita benar. Ia dapat melakukan ini karena dosa, kesalahan dan hukuman kita telah diperhitungkan kepada Kristus di salib. Kini kebenaran Kristus diperhitungkan kepada mereka yang percaya kepadaNya. Dengan pembenaran maka orang berdosa diputuskan secara hukum sebagai tidak bersalah, dibebaskan dari tuduhan. Orang yang diampuni dinyatakan benar karena ia percaya. Ia dinyatakan benar karena kebenaran diperhitungkan kepadanya.
3) Perubahan posisi
Pembenaran menyatakan bahwa orang yang diampuni itu benar. Semua catatan tentang kesalahan dihapuskan dan yang bersangkutan dikembalikan pada kedudukannya yang benar di muka Allah. Di dalam pembenaran itu dipulihkanlah kembali perkenanan Allah dengan iman dalam Yesus Kristus (Galatia 3:26). Waktu Adam berdosa ia kehilangan posisinya di muka Allah, tetapi kini posisi manusia dipulihkan dan ia dapat berdiri di hadirat Allah dengan tidak malu karena Allah melihat ia ada di dalam Kristus.
b. Cara Pembenaran
1). Secara negatif
Pembenaran tidak dengan hukum Taurat. Ia yang mau dibenarkan oleh hukum Taurat, harus terus-menerus di dalam semua hal yang tertulis dalam hukum Taurat. Tetapi tidak ada seorangpun yang telah melakukan hal ini atau yang dapat melakukannya. Tidak seorangpun dapat dibenarkan di hadapan Allah karena melakukan hukum Taurat (Roma 3:20).
2). Dibenarkan oleh kasih karunia Allah
Karena semua manusia telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah, dan oleh kasih karuniaNya, berhak menerima hidup yang kekal, sesuai dengan pengharapan kita (Titus 3:7). Kedua ayat ini menunjuk sumber dari pembenaran yaitu di dalam hati Allah. Ia di dalam kebaikanNya telah menyediakan kebenaran untuk kita.
3). Dibenarkan oleh darah Kristus
“Lebih-lebih, karena kita sekarang telah dibenarkan oleh darahNya, kita pasti akan diselamatkan dari murka Allah” (Roma 5:9). Ini merupakan dasar untuk pembenaran.
4). Dibenarkan oleh iman
“Sebab itu, kita yang dibenarkan karena iman, kita hidup dalam damai sejahtera dengan Allah oleh karena Tuhan kita” Roma 5:1). “Kamu tahu bahwa tidak seorangpun yang dibenarkan oleh karena melakukan hukum Taurat tetapi hanya oleh karena iman dalam Kristus Yesus.” (Galatia 2:16). Dibenarkan oleh iman merupakan syarat pembenaran kita. Tetapi kita tidak dibenarkan oleh karena iman kita. Iman bukan harga pembenaran, melainkan alat untuk menyediakannya.
c. Akibat Pembenaran
1). Ada pengampunan kesalahan (Roma 4:7,8; 2 Korintus 5:19). Tidak ada tuduhan (Roma 8:1) dan ada damai dengan Allah (Roma 5:1).
2). Ada pemulihan pada perkenanan Allah (Roma 4:7,8).
3). Kebenaran Kristus telah diperhitungkan pada orang percaya (Roma 4:5). Dengan demikian orang percaya dipakaikan pakaian yang bukan miliknya, tetapi yang diadakan oleh Kristus untuknya, sehingga ia dapat bersekutu dengan Allah.
4). Menjadi pewaris
“Supaya kita, sebagai orang yang dibenarkan oleh kasih karuniaNya, berhak menerima hidup yang kekal.” (Titus 3:7).
5). Akibat langsung ada dalam kehidupan praktis.
Pembenaran mengantar pada kehidupan yang benar. “Barangsiapa yang berbuat kebenaran adalah benar, sama seperti Kristus adalah benar” (1 Yohanes 3:7).
6). Ada jaminan bagi orang yang dibenarkan bahwa ia akan diselamatkan dari murka Allah yang akan datang. “Lebih-lebih, karena kita sekarang telah dibenarkan oleh darahNya, kita pasti akan diselamatkan dari murka Allah” (Roma 5:9).
7). Ada jaminan telah dimuliakan.
“Dan mereka yang dipanggilNya, mereka itu juga dibenarkanNya. Dan mereka yang dibenarkanNya, mereka itu juga dimuliakanNya” (Roma 8:30). Saat dibenarkan, saat itu juga dimuliakan Tuhan.
d. Hubungan antara Kelahiran kembali dan Pembenaran.
Kelahiran kembali dan pembenaran adalah dua bagian dari satu pekerjaan Allah. Kelahiran kembali adalah pekerjaan Kristus oleh Roh Kudus yang diadakan di dalam kita, pembenaran adalah pekerjaan Kristus yang dibuat karena kita di hadapan tahta Allah dan pekerjaan itu dialaskan pada korban pendamaian Kristus dan oleh iman kita. Kelahiran kembali berkenaan dengan perubahan keadaan kita, pembenaran berkenaan dengan hubungan kita dengan Allah.
Bersambung…